huaaahh makasih masih baca cerpen buatan akuu...
Aku menatap pantulan diriku di cermin.
Kini aku sudah memakai pakaian tidur. Di pipiku masih tergurat garis merah
pertanda bahwa rasa maluku belum hilang. Kenapa aku bisa sebodoh ini sih? Apa
tadi Ken melihat tubuhku?. Apa yang kufikirkan, tentu saja hantu menyebalkan
itu melihatnya.
“Ahh
sudah lupakan, dia kan hanya hantu. Dia tidak hidup”, aku bicara sendiri sambil
terus memandangi pantulan wajahku di cermin.
“kata
siapa aku tidak hidup?”, kata seseorang di belakangku. Aku tahu itu pasti Ken.
“kenapa
kau selalu muncul tiba-tiba sih?!”
Ken
tidak menjawab pertanyaanku. Dia hanya memandangku tajam dan langsung menarik
tanganku. Mendorongku ke atas kasur dan hantu menyebalkan itu berada di atas
tubuhku dengan kedua tangannya yang memegang tanganku erat. Aku tidak bisa
bergerak. Apa yang akan di lakukan Ken?. Seharusnya aku teriak memanggil bibi
Joe. Tapi bibirku kaku dan jantungku berdegup kencang.
“aku
belum mati”. Bisik Ken ke telinga kananku, ohh tidak jarak kami berdua semakin dekat.
“kalau
kau belum mati, kenapa kau berbentuk seperti ini!”, aku memberanikan diri tuk
bicara.
Ken tersenyum dan memandangku, manis
sih tapi untuk saat ini itu terlihat sangat menakutkan. Dia melepaskan tanganku
dan menghilang. Aku bangun dan mendudukan diri di atas kasur dengan perasaan
lega. Akhirnya dia pergi juga. Namun tiba-tiba boffh dia balik lagi dan duduk di sebelahku. Dia memandangku dalam,
dan aku tidak bisa menghindari tatapan matanya.
“emh,
itu karna aku kena kutukan. Tubuhku berbentuk seperti hantu, tapi aku masih
bisa menyentuh atau di sentuh”, kata Ken pelan.
“kutukan?”,
tanyaku memastikan.
“ya,
itu sekitar 2 tahun yang lalu. Aku tidak sengaja memasuki gua kutukan. Aku kira
kutukan itu tidak ada, tapi saat aku keluar dari gua. Tubuhku sudah berubah
menjadi seperti ini. Semua orang ketakutan melihatku, kecuali bibi Joe.
Akhirnya hingga kini aku tinggal bersama bibi Joe”, Ken bercerita.
Aku
menatap Ken lirih, ternyata dia belum mati. Kini aku merasa kasihan pada Ken.
Selama ini aku selalu berlaku buruk padanya. Aku tidak tahu kalau dia ternyata
sangat menderita.
“dan
hari ini aku akan menghilang selamanya”, lanjut Ken.
Aku
tersontak kaget mendengarnya, kenapa dia akan menghilang. Ohh tidak, mengapa
ini harus terjadi? Meskipun Ken menyebalkan, harus kuakui kalau dia itu
baik—juga tampan. Mengapa dia harus pergi, dia ‘kan nggak salah apa-apa.
“katakan
kalau kau berbohong!”, pintaku.
“sayangnya
aku tidak berbohong!”
“kenapa
kau harus menghilang?”, tanyaku.
“aku
di beri kesempatan untuk berubah jadi manusia lagi selama 2 tahun, tenggang
waktunya sampai tahun ke dua setelah aku berwujud roh, hari jum’at tanggal 13.
Bila aku tidak juga menjadi manusia. Aku akan menjadi roh selamanya”, jawabnya.
“Jum’at
tanggal 13? Itu hari ini Ken!”, aku mulai panik.
“aku
tau, maka dari itu, hari ini tepat pukul 12 aku akan di tarik ke dunia roh dan
menghilang untuk selamanya”, kata Ken mencoba bersikap tenang.
“aku
harus beri tau bibi Joe! Kurasa dia tau apa yang harus kita lakukan untuk
menyelamatkanmu”, kataku.
Aku berlari keluar kamar dan menuruni
tangga. Ken juga melayang mengikutiku. Di kamar bibi Joe, tidak ada. Di dapur,
tidak ada. Di ruang tamu, tidak ada. Di ruang keluarga, hanya ada Katerin. Ya
ampun… dimana bibi Joe?
“mencari
siapa Cam?”, Tanya Katerin
“dimana
bibi Joe?”, aku balik bertanya.
“ohh
itu, aku lupa memberitahumu kalau bibi Joe sedang ke rumah sakit untuk
menjenguk temannya”, jawab Katerin santai sambil menonton tv.
“apa
kau bilang? Bibi Joe tidak ada?!”, kata Ken setengah berteriak pada Katerin
sambil mengoyang-goyangkan bahu gadis itu.
“ha—hantu!”,
dan Katerin pingsan lagi.
“dasar
penakut!”.“kalau begitu, kita selesaikan masalah ini sendiri!”, ajak Ken
padaku.
“bagaimana
dengan Katerin?!”
“biarkan
saja dia”, jawab Ken sambil melihat Katerin malas.
Pukul 11.30 malam, Ken melayang di
depanku bolak-balik. Sejujurnya aku juga tak ingin dia pergi. Tapi aku sulit
mengatakannya pada Ken. Kami berdua sama-sama tidak mengatakan apapun. Ken
sibuk berfikir bagaimana caranya agar dia tetap hidup. sedangkan aku terus
berfikir bagaimana bila Ken tidak ada. Sekarang pukul 11.55 malam, dan 5 menit
lagi Ken akan menghilang.
“sebenarnya
aku tahu caranya menjadi manusia”, kata Ken di tengah-tengah kepanikannya.
“bagaimana?
Aku janji akan membantumu”, kataku.
“menurut
buku yang ku baca, kita harus berciuman”
“APA?”,
tanyaku tidak percaya.
“Cammy,
kau mau membantuku ‘kan?!”
“i—iya
tapi kalau berciuman, aku tidak mau. Aku sama sekali belum pernah berciuman”,
wajahku memerah.
“hanya
dengan cara itu aku bisa kembali menjadi manusia, Cammy”
“tunggu,
kau pasti berbohong! Kau memanfaatkan moment ini untuk berciuman denganku ‘kan?
Dasar otak mesum!”, kataku sambil memukul-mukul Ken lagi. Takkan ku beri ampun
dia.
“Cammy
Cammy, tunggu!”,
Ken menghetikan pergerakanku. Kedua
tangannya menggenggam bahuku erat. Tatapannya yang tajam menatap wajahku penuh
arti. Aku ikut menatapnya. Apa yang kulakukan sih?!
“aku
tidak berbohong Cammy”, kata Ken. Aku tidak menjawabnya. “Kau mau aku kembali
menjadi manusia ‘kan?”, lanjutnya lagi.
“tentu
saja”, jawabku.
“kalau
begitu tutup matamu”, perintah Ken, dan dengan bodohnya aku menuruti
kata-katanya.
Aku
menutup mataku. Dalam gelap, aku merasa ada sesuatu mendekati wajahku. Aku tau,
ken pasti akan menciumku. Semakin lama aku semakin merasa wajah kami berdua
semakin berdekatan. Hingga akhirnya aku merasa bibir Ken mulai sedikiiiiiitt
menyentuh bibirku.
Tiba-tiba
Teng Teng Teng… suara lonceng jam
dinding. Ohh tidak, itu tandanya sudah pukul 12 tepat. Tiba-tiba semua jendela
dan pintu terbuka lebar. Angin dingin menyelimuti setiap makhluk yang masih
terjaga saat itu. suara tawa dan tangisan dari para hantu yang ada di desa
terdengar sangat jelas di telingaku. Perlahan-lahan Ken melayang dan tersedot
ke salah satu jendela di ruang keluarga layaknya lubang hitam. Dengan cepat ku
pegang kedua tangan Ken.
“Ken
apa yang terjadi ?!!”, tanyaku sambil berteriak.
“terlambat,
waktuku sudah habis Cammy. Aku akan di tarik kedunia roh!”, jawab Ken.
“tidak
! kau tidak boleh pergi!”
“tapi
sudah tidak ada yang bisa aku lakukan!!”.
Tangan Ken semakin lama semakin
memudar dan kini aku sudah tidak bisa memegangnya. Ken terhisap keluar rumah,
dan entah dapat kekuatan dari mana aku bisa melompati jendela keluar rumah dan
terus mengejar Ken. Kulihat Ken terus terhisap suatu lubang hitam besar di atas
langit yang mirip seperti supermassive
black hole di luar angkasa. Aku terus mengejar Ken sambil sesekali
meneriakkan namanya.
“waktumu
sudah habis Ken, Hahaha”, suara besar menyeramkan keluar dari lubang gaib itu.
“tidak…
jangan! KEEENN!!”, teriakku yang berusaha meraih tangan Ken.
Aku
berhasil meraih tangannya, dengan cepat aku memeluk tubuh Ken. aku tidak ingin
secepat ini berpisah dengan Ken. Namun tiba-tiba tubuhku pun ikut melayang dan
mulai ikut terhisap bersama Ken.
“Kyaaaa~”,
teriakku ketakutan.
“Cammy
! lepaskan pelukanmu! Kau bisa ikut terhisap!”, kata Ken.
“tidak!
Aku tidak mau, kalau pun aku harus terhisap, aku akan terhisap bersamamu!”,
jawabku tegas.
“kau
manusia, bila kau terhisap ke dunia roh, kau akan menjadi makanan mereka!”
“Apa?!!”,
aku semakin takut.
“maka
dari itu, cepat lepaskan!”
“aku
tidak mau !”
“Cammy,
cepat lepaskan aku!”
“aku
tidak mau Ken!, aku tidak mau kehilanganmu!”, aku mulai menangis.
“Cammy?”,
kata Ken pelan, tapi aku cukup dekat dengannya sehinnga aku bisa mendengarnya.
Dalam detik-detik terakhir sebelum
akhirnya kita terpisah, aku benar-benar tidak ingin melepaskan pelukanku pada
Ken. Tubuh kami berdua melayang dan hampir terhisap masuk ke lubang hitam yang
gaib itu. Ken menatapku dalam dan aku membalas tatapannya. Perlahan Ken
mendekatkan wajahnya padaku. “Aku mencintaimu Cammy”, katanya pelan. Aku tidak
menjawabnya, aku hanya terus menitikan air mata sambil terus berharap kalau aku
takkan pernah berpisah dengan Ken. Wajah Ken semakin mendekat pada wajahku. Dan
dengan sendirinya mataku tertutup. Aku merasakan hangatnya bibir Ken yang
menyentuh bibirku. Aku berciuman! Dan ini adalah kali pertama aku berciuman! Tubuh
Ken memeluk tubuhku hangat dan aku bisa merasa darahku mengalir semakin deras
dari ujung kaki ke ujung kepala. Eh tunggu, Hangat? Ken melepaskan ciumannya.
“ohh
sial! Aku mimisan. Maaf ini kebiasaanku sejak dulu kalau aku tegang”, kata Ken
polos.
“Ken?
Roh mana bisa mimisan”, kataku pelan sambil menatap Ken aneh.
“eh?”
Tiba-tiba
tubuh kami berdua yang asalnya melayang terjatuh. ”Kyaaaa~!!!!”, teriakku
ketakutan dan Bruk, kami berdua jatuh
ke tanah. Beruntungnya aku, aku jatuh di atas Ken, jadi rasanya tak terlalu
sakit. Sialnya Ken, udah jatuh ketanah dia harus tertimpa badanku yang beratnya
43 kg pula, pasti sakit. Ku tatap langit, lubang itu perlahan mulai menghilang
dan kami berdua tidak lagi terhisap.
“Cammy,
bisa kau menyingkir dari atas tubuhku?”, kata Ken.
“ohh
iya maaf”, aku bangun dan berdiri, begitupun Ken yang menyusulku berdiri.
“Cammy…”,
kata Ken seraya kedua tangannya berada di bahuku, kami berdua saling
berhadapan.
“iya?”
“aku
senang bisa bersamamu lagi!”, katanya sambil memeluk tubuhku.
“aku
juga senang kau bisa kembali menjadi manusia, tapi—”, aku menggantung
kata-kataku sambil membalas pelukannya.
“tapi
apa?!”, Tanya Ken bingung. Dia melepaskan pelukannya.
“kau
harus bertanggung jawab karna sudah mengambil ciuman pertamaku!”, kataku
pura-pura marah, padahal aku senang.
“ohh
jadi benar kalau ini ciuman pertamamu?”, ohh tidak, Ken mulai menggodaku lagi.
“ugh
jangan menggodaku!!”, pipiku memerah.
“hahaha,
oiya aku mau bilang, aku menarik kata-kataku soal tubuhmu yang flat, ternyata tubuhmu bagus juga!”, Ken
semakin menggodaku. Aku menatapnya tidak percaya!, dia masih mengingat kejadian
itu!.
“DASAR
OTAK MESUM!!”, aku mengejar Ken yang mulai berlari memasuki rumah untuk
memberinya pelajaran. Ya… kurasa liburan kali ini cukup menyenangkan. Aku
menikmatinnya…
...TAMAT…
BY : CAMELIA ATHENA KHARIN
(RIN-CHAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar