holaaaa!! kali ini Rin-chan buat cerpen yang terinspirasi dari lagu nya JKT 48 - Gomen ne SUMMER, OK! met baca yaa !!
..Lebih
dari teman..
Kanvas
yang semula berwarna putih kini mulai kuolesi oleh beberapa olesan cat. Aku hanya
sendiri, melukis di pinggir pantai. Di temani oleh ombak yang membawa alunan
harmoni pantai dan hembusan angin laut yang melambaikan rambut hitam panjang
milikku. Bukan lautan yang ku lukis. Bukan pula butiran pasir pantai yang ku
gambar. Bahkan aku juga sama sekali tidak melukis jajaran batu karang indah di
pinggir pantai. Aku sama sekali tidak tertarik melukis pantai. Aku hanya sedang
ingin melukiskan cintaku yang tidak terbalas. Rasa cinta yang hingga kini tidak
dapat ku ungkapkan lewat kata-kata.
“Naomi !!”, panggil seseorang
dari kejauhan.
Tanpa
di lihat pun Aku sudah tahu kalau yang memanggilku tadi Mitsuru, teman satu
kelasku. Dengan cepat aku membereskan perlengkapan melukisku(lagi pula
lukisannya sudah jadi) dan berjalan cepat menuju Mitsuru.
“Loh kok lukisannya di beresin
sih?”, Tanya Mitsuru akrab.
“ahh gak apa-apa, udah selesai
kok”, tiba-tiba aku merasa wajahku memerah, ahh mungkin efek musim panas.
Aku mengikutinya jalan menuju
salah satu batu karang. Kita memang sudah ada janji tuk bermain di pantai sore
ini. Di pundak kananku ada tas selendang berisi peralatan melukis sedangkan
tangan kananku memegang kanvas. Aku berjalan satu langkah di belakang Misturu.
Ya… aku memang selalu memperhatikannya dari belakang, setiap hari. Tak dapat ku
pungkiri kalau aku sangat sangat sangat menyukainya. Ia duduk di karang dan aku
mengikutinya duduk di sebelahnya. Mitsuru menatap lurus pantai. Pantai di sore
hari memang sangatlah indah. Tapi tak akan seindah hatiku bila aku bisa
memiliki pria yang duduk di sebelahku ini.
“ahh indah sekali ya!”, kata
Mitsuru tanpa memperhatikan wajah penuh harap yang ku berikan padanya.
“umm”, aku terus memperhatikannya.
Dalam
hatiku, aku ingin sekali menyentuh wajahnya lembut. Mengusap keringat yang ada
di wajahnya dengan penuh kasih sayang. Sayangnya aku terlalu malu tuk
melakukannya. Aku hanya membayangkan hal itu terjadi di dalam mimpiku. Memang,
aku telah menjadi gila karenanya.
“Naomi, kau tahu ‘kan gadis yang
sering ku ceritakan?”, Mitsuru melirik ke arahku, dan tentu saja aku
memalingkan pandanganku ke arah pantai.
“ya, memangnya kenapa dengan
gadis itu? kau masih mencintai gadis itu?”, aku mencoba bersikap ‘biasa aja’
bila mitsuru sedang membicarakan gadis yang ia suka.
“ya tentu saja”, kita berdua
kembali diam. Terus memperhatikan ombak yang sedikit demi sedikit telah menyapu
pantai.
Dalam diam, aku terus
memperhatikan wajahnya dari pinggir. Rasanya aku ingin menangis. Menyesal
karena aku hanya menjadi teman Mitsuru, padahal aku menginginkan lebih. Yang
sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah diam-diam menyukainya. Aku selalu
mengincarnya. Memperhatikan wajahnya sudah menjadi kebiasaanku sehari-hari. Tak
henti aku menjadi teman berbagi yang selalu menemaninya. Sayangnya ia hanya
menganggapku temannya. Mitsuru… sampai kapan aku harus begini?
“aku akan membuat gadis itu
menjadi milikku hari ini”, lanjut mitsuru pelan.
Aku
tidak menjawabnya, aku takut suaraku terdengar bergetar karna menahan tangis.
Walau hanya teman terasa sangat sedih. Ku paksakan melukis sebuah senyuman agar
Mitsuru senang. Ia melihat kearahku. Kenapa tiba-tiba jantungku berdegup hebat?
Oh tidak! Aku harus tenang. Aku memberanikan diri tuk membalas tatapannya.
“kamu kenapa Naomi?”, Tanya
Mitsuru.
“ng—nggak apa-apa k—kok”,
aku gugup.
Tapi Mitsuru terus memandangku,
dan aku tidak dapat menolak tatapannya. Aku menatap Mitsuru sayu. Di balik
mataku ada cinta yang tersembunyi. Di balik senyumku ada hati yang terus
mengharapkan cinta darinya. Setiap hari aku selalu mencoba mendekati hatinya. Sayangnya
Mitsuru menyukai gadis lain. Dan sekali lagi tidak dapat kupungkiri kalau aku
selalu menunggunya. Menunggu Mitsuru menyadari apa yang selama ini kurasa.
“jangan bohong!”, Mitsuru
mengkerutkan keningnya.
“apa aku keliatan bohong?!”, aku
mengkerucutkan bibirku.
Mitsuru
tersenyum geli melihatku. Dan aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
Setelah ia menjadikan gadis itu miliknya, aku hanya akan berada semakin jauh
dari Mitsuru. Jauh sekali hingga akhirnya tak terlihat dan lalu Mitsuru akan
melupakan aku. Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku harus kuat!
“hanya saja…”, aku menggantung
kata-kataku.
“hanya saja apa?”, Mitsuru
penasaran.
“hanya saja hari ini kau Nampak
jelek! Jelek banget!”, aku mengejeknya dan tertawa.
“hah?! Apa kau bilang?!”, aku
melepas sepatuku dan pergi berlari dan tertawa dan tetap menyembunyikan
perasaanku dan mencoba bersikap seperti biasanya.
Mitsuru mengejarku dan berusaha menangkapku.
Dan aku terus berlari menghindarinya sambil tertawa. Ku mohon, aku ingin tetap
selamanya seperti ini. Aku sangat nyaman. Namun tiba-tiba dadaku kembali terasa
sakit. Ya menahan perasaan cinta itu kaya nahan kentut. Kalau di tahan terus
bakal jadi penyakit, tapi kalau di keluarin malu. Serba salah jadinya. Aku
mengencangkan langkah kakiku hingga akhirnya Mitsuru tertinggal jauh di
belakangku. Aku tetap berlari sekuat tenaga.
Aku
berusaha melarikan diri darinya. Aku takut kalau tiba-tiba aku menangis di
hadapannya. Aku berhenti berlari tepat di tepi pantai. Bersama habisnya nafas,
debaran ini semakin terasa menyakitkan. Ku pandangi birunya air laut yang
menyerupai kasih sayang. Menghabiskan waktu sore dengan menghitung banyaknya
deburan ombak yang menghampiri kakiku. Menghitung deburan ombak memang tak akan
ada habisnya. Sama seperti perasaanku, walau apapun yang akan terjadi. Perasaan
ini akan terus berlanjut. Aku berjalan sendirian. Selagi Mitsuru belum sampai
disini, aku terus merenung. Memikirkan hal apa yang aku lakukan bila Mitsuru
sudah bersama gadis itu. apa yang harus aku lakukan ?!. ini semua karna aku
terlalu lemah. Aku tak mampu tuk bilang suka padanya. Aku berhenti menapakan
kakiku. Kulihat butiran pasir pantai yang putih. Memaksaku tuk minta maaf pada
diriku sendiri. Dan pada rasa sayang yang terlalu dalam.
Ku
pandang langit keemasan. Sudah tidak ada lagi harapan untuk ku dan Mitsuru.
Juga soal perasaanku.tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan merelakannya. Aku
akan tetap mencintai Mitsuru walau dia mengalihkan hatinya untuk orang lain dan
melupakan aku. Aku tak menyesal ataupun dendam. Tetap ku jaga perasaan ini
sebab aku pernah menjalani hidup bahagia bersamanya, ya seperti tadi. Walau tak
terbalas sampai seperti saat ini, aku akan tetap mecintainya. Takkan ada yang
dapat menghentikannya. Aku takkan lagi menuntut Mitsuru agar berbalik
menyukaiku. Aku takkan mengharapkan apapun lagi… Mitsuru sampai disini,
disampingku.
“haah… larimu cepat sekali sih!”,
kata Mitsuru.
“itu pujian ‘kan?”, jawabku
santai.
“haha, kau ini!”, Mitsuru
merangkulku. Deg perasaan itu muncul
lagi.
“oiya, aku penasaran. Siapa sih
nama gadis yang kau suka?”
“yang ku suka yang mana?”, Mitsuru
pura-pura pikun.
“yang sering kau ceritakan
padaku!”
“benar kau ingin tahu?”, dia
semakin menggodaku.
“cepat kasih tahuuu~”, dan aku
mulai gemas sama tingkahnya.
“gadis yang ku suka itu….”,
Mitsuru menggantung kata-katanya.
Ayo
cepat katakan Mitsuru!, walau sebenarnya hatiku akan hancur bila mendengarnya.
Tapi karna sudah terlanjur sakit, ya sudah… biar sakit saja sekalian. Dengan
begitu seiring berjalannya waktu hati ini akan sembuh dan aku akan mendukung
Mitsuru bersama gadis itu. aku memandang Mitsuru geregetan. Kenapa harus pakai
lama-lama sih!
“gadis yang ku suka itu namanya Naomi”,
Mitsuru memandang ke arahku.
“eh?”
“dan aku mengharapkannya lebih
dari teman”, lanjutnya lagi.
Dan aku tidak bisa berkata
apa-apa…
…TAMAT…
BY :
CAMELIA ATHENA KHARIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar