Sabtu, 12 Januari 2013

cerpen - lebih dari teman


holaaaa!! kali ini Rin-chan buat cerpen yang terinspirasi dari lagu nya JKT 48 - Gomen ne SUMMER, OK! met baca yaa !!

..Lebih dari teman..

                Kanvas yang semula berwarna putih kini mulai kuolesi oleh beberapa olesan cat. Aku hanya sendiri, melukis di pinggir pantai. Di temani oleh ombak yang membawa alunan harmoni pantai dan hembusan angin laut yang melambaikan rambut hitam panjang milikku. Bukan lautan yang ku lukis. Bukan pula butiran pasir pantai yang ku gambar. Bahkan aku juga sama sekali tidak melukis jajaran batu karang indah di pinggir pantai. Aku sama sekali tidak tertarik melukis pantai. Aku hanya sedang ingin melukiskan cintaku yang tidak terbalas. Rasa cinta yang hingga kini tidak dapat ku ungkapkan lewat kata-kata.
“Naomi !!”, panggil seseorang dari kejauhan.
                Tanpa di lihat pun Aku sudah tahu kalau yang memanggilku tadi Mitsuru, teman satu kelasku. Dengan cepat aku membereskan perlengkapan melukisku(lagi pula lukisannya sudah jadi) dan berjalan cepat menuju Mitsuru.
“Loh kok lukisannya di beresin sih?”, Tanya Mitsuru akrab.
“ahh gak apa-apa, udah selesai kok”, tiba-tiba aku merasa wajahku memerah, ahh mungkin efek musim panas.
Aku mengikutinya jalan menuju salah satu batu karang. Kita memang sudah ada janji tuk bermain di pantai sore ini. Di pundak kananku ada tas selendang berisi peralatan melukis sedangkan tangan kananku memegang kanvas. Aku berjalan satu langkah di belakang Misturu. Ya… aku memang selalu memperhatikannya dari belakang, setiap hari. Tak dapat ku pungkiri kalau aku sangat sangat sangat menyukainya. Ia duduk di karang dan aku mengikutinya duduk di sebelahnya. Mitsuru menatap lurus pantai. Pantai di sore hari memang sangatlah indah. Tapi tak akan seindah hatiku bila aku bisa memiliki pria yang duduk di sebelahku ini.
“ahh indah sekali ya!”, kata Mitsuru tanpa memperhatikan wajah penuh harap yang ku berikan padanya.
“umm”, aku terus memperhatikannya.
                Dalam hatiku, aku ingin sekali menyentuh wajahnya lembut. Mengusap keringat yang ada di wajahnya dengan penuh kasih sayang. Sayangnya aku terlalu malu tuk melakukannya. Aku hanya membayangkan hal itu terjadi di dalam mimpiku. Memang, aku telah menjadi gila karenanya.
“Naomi, kau tahu ‘kan gadis yang sering ku ceritakan?”, Mitsuru melirik ke arahku, dan tentu saja aku memalingkan pandanganku ke arah pantai.
“ya, memangnya kenapa dengan gadis itu? kau masih mencintai gadis itu?”, aku mencoba bersikap ‘biasa aja’ bila mitsuru sedang membicarakan gadis yang ia suka.
“ya tentu saja”, kita berdua kembali diam. Terus memperhatikan ombak yang sedikit demi sedikit telah menyapu pantai.
Dalam diam, aku terus memperhatikan wajahnya dari pinggir. Rasanya aku ingin menangis. Menyesal karena aku hanya menjadi teman Mitsuru, padahal aku menginginkan lebih. Yang sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah diam-diam menyukainya. Aku selalu mengincarnya. Memperhatikan wajahnya sudah menjadi kebiasaanku sehari-hari. Tak henti aku menjadi teman berbagi yang selalu menemaninya. Sayangnya ia hanya menganggapku temannya. Mitsuru… sampai kapan aku harus begini?
“aku akan membuat gadis itu menjadi milikku hari ini”, lanjut mitsuru pelan.
                Aku tidak menjawabnya, aku takut suaraku terdengar bergetar karna menahan tangis. Walau hanya teman terasa sangat sedih. Ku paksakan melukis sebuah senyuman agar Mitsuru senang. Ia melihat kearahku. Kenapa tiba-tiba jantungku berdegup hebat? Oh tidak! Aku harus tenang. Aku memberanikan diri tuk membalas tatapannya.
“kamu kenapa Naomi?”, Tanya Mitsuru.
“ng—nggak apa-apa k—kok”, aku  gugup.
Tapi Mitsuru terus memandangku, dan aku tidak dapat menolak tatapannya. Aku menatap Mitsuru sayu. Di balik mataku ada cinta yang tersembunyi. Di balik senyumku ada hati yang terus mengharapkan cinta darinya. Setiap hari aku selalu mencoba mendekati hatinya. Sayangnya Mitsuru menyukai gadis lain. Dan sekali lagi tidak dapat kupungkiri kalau aku selalu menunggunya. Menunggu Mitsuru menyadari apa yang selama ini kurasa.
“jangan bohong!”, Mitsuru mengkerutkan keningnya.
“apa aku keliatan bohong?!”, aku mengkerucutkan bibirku.
                Mitsuru tersenyum geli melihatku. Dan aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Setelah ia menjadikan gadis itu miliknya, aku hanya akan berada semakin jauh dari Mitsuru. Jauh sekali hingga akhirnya tak terlihat dan lalu Mitsuru akan melupakan aku. Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku harus kuat!
“hanya saja…”, aku menggantung kata-kataku.
“hanya saja apa?”, Mitsuru penasaran.
“hanya saja hari ini kau Nampak jelek! Jelek banget!”, aku mengejeknya dan tertawa.
“hah?! Apa kau bilang?!”, aku melepas sepatuku dan pergi berlari dan tertawa dan tetap menyembunyikan perasaanku dan mencoba bersikap seperti biasanya.
Mitsuru mengejarku dan berusaha menangkapku. Dan aku terus berlari menghindarinya sambil tertawa. Ku mohon, aku ingin tetap selamanya seperti ini. Aku sangat nyaman. Namun tiba-tiba dadaku kembali terasa sakit. Ya menahan perasaan cinta itu kaya nahan kentut. Kalau di tahan terus bakal jadi penyakit, tapi kalau di keluarin malu. Serba salah jadinya. Aku mengencangkan langkah kakiku hingga akhirnya Mitsuru tertinggal jauh di belakangku. Aku tetap berlari sekuat tenaga.
                Aku berusaha melarikan diri darinya. Aku takut kalau tiba-tiba aku menangis di hadapannya. Aku berhenti berlari tepat di tepi pantai. Bersama habisnya nafas, debaran ini semakin terasa menyakitkan. Ku pandangi birunya air laut yang menyerupai kasih sayang. Menghabiskan waktu sore dengan menghitung banyaknya deburan ombak yang menghampiri kakiku. Menghitung deburan ombak memang tak akan ada habisnya. Sama seperti perasaanku, walau apapun yang akan terjadi. Perasaan ini akan terus berlanjut. Aku berjalan sendirian. Selagi Mitsuru belum sampai disini, aku terus merenung. Memikirkan hal apa yang aku lakukan bila Mitsuru sudah bersama gadis itu. apa yang harus aku lakukan ?!. ini semua karna aku terlalu lemah. Aku tak mampu tuk bilang suka padanya. Aku berhenti menapakan kakiku. Kulihat butiran pasir pantai yang putih. Memaksaku tuk minta maaf pada diriku sendiri. Dan pada rasa sayang yang terlalu dalam.
                Ku pandang langit keemasan. Sudah tidak ada lagi harapan untuk ku dan Mitsuru. Juga soal perasaanku.tidak apa-apa, mulai sekarang aku akan merelakannya. Aku akan tetap mencintai Mitsuru walau dia mengalihkan hatinya untuk orang lain dan melupakan aku. Aku tak menyesal ataupun dendam. Tetap ku jaga perasaan ini sebab aku pernah menjalani hidup bahagia bersamanya, ya seperti tadi. Walau tak terbalas sampai seperti saat ini, aku akan tetap mecintainya. Takkan ada yang dapat menghentikannya. Aku takkan lagi menuntut Mitsuru agar berbalik menyukaiku. Aku takkan mengharapkan apapun lagi… Mitsuru sampai disini, disampingku.
“haah… larimu cepat sekali sih!”, kata Mitsuru.
“itu pujian ‘kan?”, jawabku santai.
“haha, kau ini!”, Mitsuru merangkulku. Deg perasaan itu muncul lagi.
“oiya, aku penasaran. Siapa sih nama gadis yang kau suka?”
“yang ku suka yang mana?”, Mitsuru pura-pura pikun.
“yang sering kau ceritakan padaku!”
“benar kau ingin tahu?”, dia semakin menggodaku.
“cepat kasih tahuuu~”, dan aku mulai gemas sama tingkahnya.
“gadis yang ku suka itu….”, Mitsuru menggantung kata-katanya.
                Ayo cepat katakan Mitsuru!, walau sebenarnya hatiku akan hancur bila mendengarnya. Tapi karna sudah terlanjur sakit, ya sudah… biar sakit saja sekalian. Dengan begitu seiring berjalannya waktu hati ini akan sembuh dan aku akan mendukung Mitsuru bersama gadis itu. aku memandang Mitsuru geregetan. Kenapa harus pakai lama-lama sih!
“gadis yang ku suka itu namanya Naomi”, Mitsuru memandang ke arahku.
“eh?”
“dan aku mengharapkannya lebih dari teman”, lanjutnya lagi.
Dan aku tidak bisa berkata apa-apa…

…TAMAT…
BY : CAMELIA ATHENA KHARIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar