Jumat, 21 Desember 2012

cerpen - hadiah untuk mama


holaaa,, aku posting cerpen tentang hari ibu nih, agak sedih sih ceritanya..
met baca yaa


Hadiah untuk mama..

                “selamat hari ibu, mama !!”, ucap seorang gadis cantik untuk ibunya yang terbaring lemah di salah satu ranjang rumah sakit.
                “terima kasih ya Karin”, ucap ibunya pada Karin anaknya.
                “mama mau hadiah apa?”, Tanya Karin.
                “tidak usah repot-repot, mama hanya ingin karin jadi anak yang baik. Itu sudah cukup bagi mama”, jawab ibunya bijak.
                “ahh tidak, Karin akan tetap membelikan mama hadiah. Mama tunggu disini ya, Karin akan membelikan mama hadiah. Pokoknya mama harus tunggu Karin”, kata Karin keras kepala.
                Ibunya hanya tersenyum melihat tingkah gadis yang berusia 15 tahun itu. sudah 2 bulan ia terbaring di rumah sakit karena penyakit kangker hati. Hanya Karin lah, anak bungsunya yang setia merawat dan menemani ibunya setiap hari. Hari ini tanggal 22 desember, hari yang biasa orang sebut hari ibu. Karin melangkahkan kakinya lemas keluar dari ruang perawatan ibunya. Ia bingung harus memberikan hadiah apa untuk ibunya. Karin terus melangkahkan kakinya sampai keluar rumah sakit. Matanya tidak fokus pada jalanan yang ia injak. Pikirannya terus bekerja dan berfikir hadiah apa yang pas untuk di berikan pada mamanya di hari ibu ini.
                Langkahnya terhenti setelah hidungnya mencium aroma yang sudah tidak asing lagi. Aroma cake dari toko kue di sebelah rumah sakit memang sangat khas. Saat mamanya masih sehat, Karin sering kesana bersama mamanya untuk membeli rainbow cake kesukaan mamanya. Rasanya sangat enak sehingga mulutnya tidak bisa berhenti melahap setiap potongan cake tersebut.
Rainbow cake kesukaan mama, aku ingin sekali memakannya bersama mama seperti dulu. Cepatlah sembuh ma… kata batin Karin sambil menatap lirih kaca toko kue.
                “tunggu… kenapa aku tidak membuatkan rainbow cake saja untuk mama di hari ibu ini, di bandingkan aku membelikan rainbow cake, mama pasti lebih suka kalau aku membuatnya sendiri”, kata Karin bersemangat setelah mendapat ide yang meurutnya cukup brilian.
                Ia segera masuk ke dalam toko itu. seorang pria paruh baya pemilik toko langsung menyambut kedatangan Karin. Bagaimana tidak, Karin dan ibunya sangat sering datang kemari dan makan cake di toko ini. Pria itu nampaknya sudah sangat mengenal Karin.
                “Karin? Sudah lama sekali kau tidak datang kemari”, kata pria itu ramah.
                “ahh paman, bagaimana kabarnya?”, Tanya Karin basa-basi.
                “baik-baik saja, dimana mama mu?”, Tanya pria itu.
                “mama sedang dirawat di rumah sakit, penyakit kangker hati mama sudah tambah parah”, jawab Karin sedih. Jujur saja, sebenarnya ia tidak ingin membicarakan soal keadaan mamanya yang memprihatinkan.
                “kalau begitu semoga mama mu cepat sembuh ya”
                “terima kasih paman. Oiya paman, bisa kah kau membantuku?”, pinta Karin.
                “kau butuh bantuan apa?”
                “aku ingin belajar membuat rainbow cake kesukaan mama, aku ingin menghadiahkan rainbow cake kesukaan mama di hari ibu ini”, kata Karin.
                “kau bisa belajar denganku, tapi tidak hari ini Karin. Kau tahu kan toko ini sedang sangat ramai, dan aku sedang sangat sibuk”, kata pria pemilik toko menolak permintaan Karin secara halus.
                “tapi paman, aku membutuhkan kue itu hari ini. Hari ibunya kan hanya hari ini, kalau besok-besok bukan hari ibu lagi namanya. Ku mohon paman”, Karin memohon sambil sedikit menitikan air mata. Ia bingung kalau bukan rainbow cake yang akan ia berikan, lalu hadiah apa yang akan ia berikan untuk mamanya. Pria pemilik toko itu mulai kasihan melihat Karin yang mulai menangis dihadapannya itu.
                “baiklah kalau begitu, tapi aku hanya memberikanmu contoh satu kali lalu selanjutnya kau buat kuenya sendiri”
                “terimakasih banyak paman”, ucap Karin senang. Ia tidak menyangka bahwa pria pemilik toko akan sangat baik padanya.
                “ayo ikut aku ke dapur”, ajak pria pemilik toko.
                Karin hanya mengangguk dan mengikuti langkah pria pemilik toko. Sesampainya didapur pria paruh baya itu langsung menyiapkan semua peralatan membuat kue dan menatanya rapi di atas meja. Karin membantu menyiapkan bahan-bahan membuat kue. Setelah itu, di perhatikannya pria pemilik toko sekaligus koki di toko itu beraksi membuat kue. Dengan cepatnya pria pemilik toko itu sudah selesai membuat rainbow cake. Karin memotong sedikit kue itu untuk mencobanya.
                “emmhh… rasanya enak sekali paman”, puji Karin.
                “nah, sekarang giliran kamu yang mencoba membuatnya sendiri. Aku harus kembali ke depan dan menjaga toko. Ambilah semua bahan yang kau butuh kan di gudang, jika sudah selesai harus langsung dibereskan”, perintah pria pemilik toko tersebut.
                “baik paman, dan terimakasih banyak”
                “iya, berikan usaha terbaikmu untuk mama mu”.
                Karin mengangguk semangat. Setelah pria pemilik toko keluar dari dapur, gadis berambut hitam panjang itu langsung memulai aksinya. Mulai dari mencapur semua adonan dan mengaduknya mejadi rata. Kue cakenya yang pertama gagal karena gosong. Tapi Karin tidak menyerah, ia memulainya lagi dari pertama. Namun lagi-lagi hasilnya gagal karena rasanya tidak enak. Karin menghembuskan nafasnya kesal. Gadis itu sudah terlalu capek tuk mengulang usahanya lagi dari awal. Karin berjalan pelan dan  menatap lirih keluar jendela.
                “mama… kayaknya Karin gagal memberikan hadiah untuk mama”, kata Karin pelan, hampir tak terdengar.
Namun tiba-tiba ia ingat kembali kata-kata pria pemilik toko padanya tadi. berikan usaha terbaikmu untuk mama mu, kata-kata itu kini memberikan sepercik semangat untuk Karin. Benar, bila ia ingin mendapatkan hasil yang terbaik ia juga harus memberikan usaha yang terbaik. Karin mulai membuat kue cake lagi dari awal. Kini dengan seluruh semangat dan cinta yang ia miliki untuk mamanya. Akhirnya Karin berhasil membuat rainbow cake dengan rasa yang lumayan enak, lumayan bagi seorang pemula seperti Karin.
                Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore. Setelah mengucapkan banyak terima kasih untuk pria pemilik toko, Karin segera berjalan menuju rumah sakit dengan senyum penuh kebahagiaan. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan kue buatannya untuk mamanya. Di tengah-tengah perjalanan handphone Karin bergetar. Ada telfon dari rumah sakit.
                “hallo, selamat sore”, kata Karin menjawab telfon itu.
                “selamat sore, apa benar ini dengan Karin Fujimura?”, Tanya seseorang di ujung telfon itu.
                “iya benar, ada apa ya?”
                “kami dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan bahwa kini ibu anda sedang dalam keadaan kritis dan sekarang sedang ada di ruang UGD”
Karin membatu mendengar kata-kata itu. ia merasa mulutnya kaku sehingga ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan cepat Karin langsung berlari  menuju rumah sakit. Air matanya sudah tak tertahan lagi. Tangan kanannya menutup mulut sehingga ia tidak mengeluarkan jeritan dan tangan kirinya masih setia membawa rainbow cake buatannya. Kini Karin sudah sampai di ruang UGD, dokter belum boleh membiarkan siapapun masuk keruangan itu. Karin duduk di kursi tunggu dekat ruangan UGD, fikirannya sudah tidak fokus lagi. Ia terus saja memikirkan hal terburuk yang akan menimpa ibunya tersebut. Mau bagaimanapun juga, ia belum siap tuk kehilangan mamanya. Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruang UGD.
                “dokter, bagaimana keadaan ibu saya?”, Tanya Karin langsung pada dokter itu.
                “keadaannya sangat parah, ibu anda harus segera mendapatkan donor hati hari ini juga. Jika tidak…”, dokter itu tidak melanjutkankata-katanya. Namun Karin tahu jelas apa maksud dari kata-kata dokter itu.
                “apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan ibu saya dok?”, Tanya Karin seraya air matanya yang mulai deras keluar.
                “sayangnya tidak ada”, jawab dokter itu singkat namun mampu membuat hati Karin sangat sakit.
                Dokter itu pergi setelah melihat Karin hanya bisa menangis. Karin membuka pelan pintu ruang UGD tempat mamanya terbaring koma. Ia lalu menyimpan kue  cake hasil buatannya di meja samping tempat tidur mamanya dan duduk di samping mamanya tercinta. Ia menatap sedih keadaan mamanya yang tidak berdaya itu.
                “katanya mama mau menunggu Karin”,kata Karin mencoba berbicara pada mamanya. “mama… Karin udah pulang dan bawa hadiah buat mama. Mama bangun donk !”, kini Karin menangis keras. “mama… ini hadiah buat mama, rainbow cake buatan Karin. Mama ga mau mencobanya? Rasanya enak ma… mama jangan gini terus, mama bangun…”.lanjut Karin sambil menggenggam tangan mamanya.
Lama sekali Karin menangis di samping ibunya yang terbaring koma. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Dan Karin kini sadar, mamanya pasti tidak akan suka jika melihatnya menangis seperti ini. Ia lalu mengambil selembar kertas dan menulis kata-kata terakhir untuk mamanya. Setelah selesai karin keluar dari ruang UGD dan berjalan menghadap dokter yang merawat ibunya.
                “ada apa nona Fujimura?”, Tanya dokter itu pada Karin.
                “aku ingin memberikan hadiah terbaik untuk mama, dok”. Kata Karin sambil tersenyum tipis.

                Langit pagi yang cerah membangunkan wanita separuh baya itu dari komanya. Di perhatikannya ruangan rumah sakit yang sudah tidak asing lagi di matanya. Satu-satunya yang ia cari adalah Karin, anak yang paling ia sayangi. Namun ia sama sekali tidak melihat Karin. Seorang suster yang biasa merawat wanita itu masuk.
“sus, apa kau melihat Karin, anakku?”, Tanya wanita itu. si suster seperti ragu tuk menjawab pertanyaan wanita itu.
“syukurlah anda sudah sadar nyonya Fujimura. Anda akan tahu keberadaan anak anda bila anda sudah membaca surat ini”, suster itu memberikan sepucuk surat untuk wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu menerimanya dan menatap suster itu bingung. Ia tidak mengerti maksud suster itu. perlahan wanita itu membuka dan membaca isi surat tersebut. Ia langsung mengenali tulisan anaknya dalam surat itu. surat itu berisi :
Untuk mama...
Mungkin kalau mama baca surat ini, Karin udah ga ada lagi di sisi mamah. Maaf ya ma…
Karin tau mungkin keputusan Karin ini akan sangat mama benci. Tapi asalkan mama bisa terus hidup, apapun Karin lakukan termasuk mendonorkan hati Karin untuk mama. Karin sayang mama… ini hadiah Karin untuk mama…
Lewat surat ini, Karin ingin mengucapkan mohon maaf atas segala perbuatan nakal yang selalu Karin lakukan. Karin sering ngerepotin mama, sering buat mama marah. Dan lewat surat ini juga Karin ingin mengucapkan terimakasih atas semua kasih sayang dan cinta yang mama berikan untuk Karin.
Oiya Karin juga buatin mama rainbow cake, mama pasti suka. Ini persembahan terakhir dari Karin. Semoga mama suka ya, pokoknya mama harus habisin rainbow cakenya ! hehe. Mama harus tau kalau Karin selalu ada di hati mama.
Karin sayang sayang sayang banget sama mama…
Selamat hari ibu…
Penuh cinta,

Karin Fujimura

                Air mata wanita paruh baya itu tidak bisa terbendung lagi. Ia benar-benar tidak percaya bahwa anaknya rela mendonorkan hati untuknya. Rasanya saat itu juga ia ingin mati dan menyusul anaknya. Ia langsung terbangun dari tempat tidurnya, dan ia melihat kotak kue di meja sebelah tempat tidurnya. Walau tangisannya belum berhenti ia memaksakan tubuhnya untuk meraih kotak itu dan membukanya. Sebuah rainbow cake kesukaannya langsung menyambut. Tidak salah lagi, itu kue buatan Karin. Di atas kue cake itu tertulis : Hati Karin Untuk Mama

TAMAT
by : camelia athena kharin (rin-chan)

2 komentar:

  1. Buat yang lebih menarik dong ceritanya!! :)


    @Elvaroy

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa entar aku buat yang lebih menarik lagi, terimakasih sudah membaca cerpen ku :)

      Hapus