holaaa,, aku posting cerpen tentang hari ibu nih, agak sedih sih ceritanya..
met baca yaa
met baca yaa
Hadiah untuk mama..
“selamat
hari ibu, mama !!”, ucap seorang gadis cantik untuk ibunya yang terbaring lemah
di salah satu ranjang rumah sakit.
“terima
kasih ya Karin”, ucap ibunya pada Karin anaknya.
“mama
mau hadiah apa?”, Tanya Karin.
“tidak
usah repot-repot, mama hanya ingin karin jadi anak yang baik. Itu sudah cukup
bagi mama”, jawab ibunya bijak.
“ahh
tidak, Karin akan tetap membelikan mama hadiah. Mama tunggu disini ya, Karin
akan membelikan mama hadiah. Pokoknya mama harus tunggu Karin”, kata Karin
keras kepala.
Ibunya
hanya tersenyum melihat tingkah gadis yang berusia 15 tahun itu. sudah 2 bulan
ia terbaring di rumah sakit karena penyakit kangker hati. Hanya Karin lah, anak
bungsunya yang setia merawat dan menemani ibunya setiap hari. Hari ini tanggal
22 desember, hari yang biasa orang sebut hari ibu. Karin melangkahkan kakinya
lemas keluar dari ruang perawatan ibunya. Ia bingung harus memberikan hadiah
apa untuk ibunya. Karin terus melangkahkan kakinya sampai keluar rumah sakit.
Matanya tidak fokus pada jalanan yang ia injak. Pikirannya terus bekerja dan
berfikir hadiah apa yang pas untuk di berikan pada mamanya di hari ibu ini.
Langkahnya
terhenti setelah hidungnya mencium aroma yang sudah tidak asing lagi. Aroma
cake dari toko kue di sebelah rumah sakit memang sangat khas. Saat mamanya
masih sehat, Karin sering kesana bersama mamanya untuk membeli rainbow cake
kesukaan mamanya. Rasanya sangat enak sehingga mulutnya tidak bisa berhenti
melahap setiap potongan cake tersebut.
Rainbow cake kesukaan mama, aku ingin sekali memakannya bersama mama
seperti dulu. Cepatlah sembuh ma… kata batin Karin sambil menatap lirih
kaca toko kue.
“tunggu…
kenapa aku tidak membuatkan rainbow cake saja untuk mama di hari ibu ini, di
bandingkan aku membelikan rainbow cake, mama pasti lebih suka kalau aku
membuatnya sendiri”, kata Karin bersemangat setelah mendapat ide yang meurutnya
cukup brilian.
Ia
segera masuk ke dalam toko itu. seorang pria paruh baya pemilik toko langsung
menyambut kedatangan Karin. Bagaimana tidak, Karin dan ibunya sangat sering
datang kemari dan makan cake di toko ini. Pria itu nampaknya sudah sangat
mengenal Karin.
“Karin?
Sudah lama sekali kau tidak datang kemari”, kata pria itu ramah.
“ahh
paman, bagaimana kabarnya?”, Tanya Karin basa-basi.
“baik-baik
saja, dimana mama mu?”, Tanya pria itu.
“mama
sedang dirawat di rumah sakit, penyakit kangker hati mama sudah tambah parah”,
jawab Karin sedih. Jujur saja, sebenarnya ia tidak ingin membicarakan soal
keadaan mamanya yang memprihatinkan.
“kalau
begitu semoga mama mu cepat sembuh ya”
“terima
kasih paman. Oiya paman, bisa kah kau membantuku?”, pinta Karin.
“kau
butuh bantuan apa?”
“aku
ingin belajar membuat rainbow cake kesukaan mama, aku ingin menghadiahkan
rainbow cake kesukaan mama di hari ibu ini”, kata Karin.
“kau
bisa belajar denganku, tapi tidak hari ini Karin. Kau tahu kan toko ini sedang
sangat ramai, dan aku sedang sangat sibuk”, kata pria pemilik toko menolak
permintaan Karin secara halus.
“tapi
paman, aku membutuhkan kue itu hari ini. Hari ibunya kan hanya hari ini, kalau
besok-besok bukan hari ibu lagi namanya. Ku mohon paman”, Karin memohon sambil
sedikit menitikan air mata. Ia bingung kalau bukan rainbow cake yang akan ia
berikan, lalu hadiah apa yang akan ia berikan untuk mamanya. Pria pemilik toko
itu mulai kasihan melihat Karin yang mulai menangis dihadapannya itu.
“baiklah
kalau begitu, tapi aku hanya memberikanmu contoh satu kali lalu selanjutnya kau
buat kuenya sendiri”
“terimakasih
banyak paman”, ucap Karin senang. Ia tidak menyangka bahwa pria pemilik toko
akan sangat baik padanya.
“ayo
ikut aku ke dapur”, ajak pria pemilik toko.
Karin
hanya mengangguk dan mengikuti langkah pria pemilik toko. Sesampainya didapur
pria paruh baya itu langsung menyiapkan semua peralatan membuat kue dan
menatanya rapi di atas meja. Karin membantu menyiapkan bahan-bahan membuat kue.
Setelah itu, di perhatikannya pria pemilik toko sekaligus koki di toko itu
beraksi membuat kue. Dengan cepatnya pria pemilik toko itu sudah selesai membuat
rainbow cake. Karin memotong sedikit kue itu untuk mencobanya.
“emmhh…
rasanya enak sekali paman”, puji Karin.
“nah,
sekarang giliran kamu yang mencoba membuatnya sendiri. Aku harus kembali ke
depan dan menjaga toko. Ambilah semua bahan yang kau butuh kan di gudang, jika
sudah selesai harus langsung dibereskan”, perintah pria pemilik toko tersebut.
“baik
paman, dan terimakasih banyak”
“iya,
berikan usaha terbaikmu untuk mama mu”.
Karin
mengangguk semangat. Setelah pria pemilik toko keluar dari dapur, gadis
berambut hitam panjang itu langsung memulai aksinya. Mulai dari mencapur semua
adonan dan mengaduknya mejadi rata. Kue cakenya yang pertama gagal karena
gosong. Tapi Karin tidak menyerah, ia memulainya lagi dari pertama. Namun
lagi-lagi hasilnya gagal karena rasanya tidak enak. Karin menghembuskan
nafasnya kesal. Gadis itu sudah terlalu capek tuk mengulang usahanya lagi dari
awal. Karin berjalan pelan dan menatap
lirih keluar jendela.
“mama…
kayaknya Karin gagal memberikan hadiah untuk mama”, kata Karin pelan, hampir
tak terdengar.
Namun tiba-tiba ia ingat kembali
kata-kata pria pemilik toko padanya tadi. berikan
usaha terbaikmu untuk mama mu, kata-kata itu kini memberikan sepercik
semangat untuk Karin. Benar, bila ia ingin mendapatkan hasil yang terbaik ia
juga harus memberikan usaha yang terbaik. Karin mulai membuat kue cake lagi
dari awal. Kini dengan seluruh semangat dan cinta yang ia miliki untuk mamanya.
Akhirnya Karin berhasil membuat rainbow cake dengan rasa yang lumayan enak,
lumayan bagi seorang pemula seperti Karin.
Waktu
sudah menunjukan pukul 3 sore. Setelah mengucapkan banyak terima kasih untuk
pria pemilik toko, Karin segera berjalan menuju rumah sakit dengan senyum penuh
kebahagiaan. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan kue buatannya untuk mamanya.
Di tengah-tengah perjalanan handphone Karin bergetar. Ada telfon dari rumah
sakit.
“hallo,
selamat sore”, kata Karin menjawab telfon itu.
“selamat
sore, apa benar ini dengan Karin Fujimura?”, Tanya seseorang di ujung telfon
itu.
“iya
benar, ada apa ya?”
“kami
dari pihak rumah sakit ingin memberitahukan bahwa kini ibu anda sedang dalam
keadaan kritis dan sekarang sedang ada di ruang UGD”
Karin membatu mendengar kata-kata
itu. ia merasa mulutnya kaku sehingga ia tidak bisa mengucapkan sepatah kata
pun. Dengan cepat Karin langsung berlari
menuju rumah sakit. Air matanya sudah tak tertahan lagi. Tangan kanannya
menutup mulut sehingga ia tidak mengeluarkan jeritan dan tangan kirinya masih
setia membawa rainbow cake buatannya. Kini Karin sudah sampai di ruang UGD,
dokter belum boleh membiarkan siapapun masuk keruangan itu. Karin duduk di
kursi tunggu dekat ruangan UGD, fikirannya sudah tidak fokus lagi. Ia terus
saja memikirkan hal terburuk yang akan menimpa ibunya tersebut. Mau bagaimanapun
juga, ia belum siap tuk kehilangan mamanya. Beberapa saat kemudian dokter
keluar dari ruang UGD.
“dokter,
bagaimana keadaan ibu saya?”, Tanya Karin langsung pada dokter itu.
“keadaannya
sangat parah, ibu anda harus segera mendapatkan donor hati hari ini juga. Jika
tidak…”, dokter itu tidak melanjutkankata-katanya. Namun Karin tahu jelas apa
maksud dari kata-kata dokter itu.
“apa
tidak ada cara lain untuk menyelamatkan ibu saya dok?”, Tanya Karin seraya air
matanya yang mulai deras keluar.
“sayangnya
tidak ada”, jawab dokter itu singkat namun mampu membuat hati Karin sangat
sakit.
Dokter
itu pergi setelah melihat Karin hanya bisa menangis. Karin membuka pelan pintu
ruang UGD tempat mamanya terbaring koma. Ia lalu menyimpan kue cake hasil buatannya di meja samping tempat
tidur mamanya dan duduk di samping mamanya tercinta. Ia menatap sedih keadaan
mamanya yang tidak berdaya itu.
“katanya
mama mau menunggu Karin”,kata Karin mencoba berbicara pada mamanya. “mama…
Karin udah pulang dan bawa hadiah buat mama. Mama bangun donk !”, kini Karin
menangis keras. “mama… ini hadiah buat mama, rainbow cake buatan Karin. Mama ga
mau mencobanya? Rasanya enak ma… mama jangan gini terus, mama bangun…”.lanjut
Karin sambil menggenggam tangan mamanya.
Lama sekali Karin menangis di
samping ibunya yang terbaring koma. Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Dan
Karin kini sadar, mamanya pasti tidak akan suka jika melihatnya menangis
seperti ini. Ia lalu mengambil selembar kertas dan menulis kata-kata terakhir
untuk mamanya. Setelah selesai karin keluar dari ruang UGD dan berjalan
menghadap dokter yang merawat ibunya.
“ada
apa nona Fujimura?”, Tanya dokter itu pada Karin.
“aku
ingin memberikan hadiah terbaik untuk mama, dok”. Kata Karin sambil tersenyum
tipis.
Langit
pagi yang cerah membangunkan wanita separuh baya itu dari komanya. Di
perhatikannya ruangan rumah sakit yang sudah tidak asing lagi di matanya.
Satu-satunya yang ia cari adalah Karin, anak yang paling ia sayangi. Namun ia
sama sekali tidak melihat Karin. Seorang suster yang biasa merawat wanita itu
masuk.
“sus, apa kau melihat Karin,
anakku?”, Tanya wanita itu. si suster seperti ragu tuk menjawab pertanyaan
wanita itu.
“syukurlah anda sudah sadar
nyonya Fujimura. Anda akan tahu keberadaan anak anda bila anda sudah membaca
surat ini”, suster itu memberikan sepucuk surat untuk wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu menerimanya
dan menatap suster itu bingung. Ia tidak mengerti maksud suster itu. perlahan
wanita itu membuka dan membaca isi surat tersebut. Ia langsung mengenali
tulisan anaknya dalam surat itu. surat itu berisi :
Untuk mama...
Mungkin kalau mama baca surat ini, Karin udah ga ada lagi di sisi
mamah. Maaf ya ma…
Karin tau mungkin keputusan Karin ini akan sangat mama benci. Tapi
asalkan mama bisa terus hidup, apapun Karin lakukan termasuk mendonorkan hati
Karin untuk mama. Karin sayang mama… ini hadiah Karin untuk mama…
Lewat surat ini, Karin ingin mengucapkan mohon maaf atas segala
perbuatan nakal yang selalu Karin lakukan. Karin sering ngerepotin mama, sering
buat mama marah. Dan lewat surat ini juga Karin ingin mengucapkan terimakasih
atas semua kasih sayang dan cinta yang mama berikan untuk Karin.
Oiya Karin juga buatin mama rainbow cake, mama pasti suka. Ini
persembahan terakhir dari Karin. Semoga mama suka ya, pokoknya mama harus
habisin rainbow cakenya ! hehe. Mama harus tau kalau Karin selalu ada di hati
mama.
Karin sayang sayang sayang banget sama mama…
Selamat hari ibu…
Penuh cinta,
Karin Fujimura
Air
mata wanita paruh baya itu tidak bisa terbendung lagi. Ia benar-benar tidak
percaya bahwa anaknya rela mendonorkan hati untuknya. Rasanya saat itu juga ia
ingin mati dan menyusul anaknya. Ia langsung terbangun dari tempat tidurnya,
dan ia melihat kotak kue di meja sebelah tempat tidurnya. Walau tangisannya
belum berhenti ia memaksakan tubuhnya untuk meraih kotak itu dan membukanya.
Sebuah rainbow cake kesukaannya langsung menyambut. Tidak salah lagi, itu kue
buatan Karin. Di atas kue cake itu tertulis : Hati Karin Untuk Mama
TAMAT
by : camelia athena kharin (rin-chan)
Buat yang lebih menarik dong ceritanya!! :)
BalasHapus@Elvaroy
iyaa entar aku buat yang lebih menarik lagi, terimakasih sudah membaca cerpen ku :)
Hapus