Jumat, 22 Maret 2013

cerpen - I LOVE YOU AND GOODBYE


huaaa hallo reader semuaa ^^
udah lama banget yaa thena ga upload cerpen, biasa lah orang sibuk #HUEEK
nah kali ini thena sengaja buat cerpen tentang mantan pacar.. hihi
OK met baca ^^/



I LOVE YOU AND GOODBYE

                Sudah lama sekali gadis itu berdiri di taman. Bersandar di pagar taman dengan telinga yang tersumbat earphone. Angin ringan menghembuskan perlahan lembutnya rambut cokelat panjang milik gadis itu. sesekali gadis itu menengok ke kanan dan kekiri seperti mencari sesuatu, dan lalu kembali tertunduk. Kedua tangannya masuk ke dalam saku jeans berwarna biru dongker yang gadis itu pakai. Orang-orang yang kebetulan berada di taman itu hanya melihatnya sejenak dan lalu melupakannya. Tidak ada sedikitpun ekspresi yang terlukis di wajah manis gadis itu. entah gadis itu sedang sedih, atau bahagia. Tak ada yang mengetahuinya, sulit di tebak.
                Beberapa saat kemudian seorang pria datang menghampiri gadis itu. pria itu tersenyum manis pada gadis itu. gadis itu menatap pria itu dengan matanya yang sayu. Gadis itu tersenyum. Senyum terpaksa dengan mata yang menahan tangis. Sekilas wajah gadis itu begitu kuat, namun jauh dalam hatinya… gadis itu sangat ingin menangis. Teriak sekencang-kencangnya menandakan bahwa ia tak siap dengan kenyataan.
“michi! Sudah menunggu lama ya?!”, tanya pria itu santai sambil melangkah lebih mendekati gadis itu.
“kau lama sekali Rikutsuki!”, jawab Michi pelan dengan suara agak bergetar. Riku ikut bersandar  di pagar sebelah Michi.
 Selang waktu beberapa menit, mereka hanya terdiam tak berucap. Riku menatap lurus kedepan dan menikmati pemandangan taman sambil menyunggingkan sedikit senyuman tipis dibibirnya. MIchi tertunduk dan sesekali menoleh ke arah Riku dengan telinga yang masih tersumbat earphone. Dan bila Riku menanyakan salah satu pertanyaan basa-basi seperti ‘apa kabar’, Michi masih bisa mendengarnya dengan jelas.  ya itu karena tak ada alunan lagu yang mengalir melalui earphone itu. michi hanya sekedar memakainya dan mencoba tidak mempedulikan omongan di sekitarnya.
“jadi…”, Riku mulai mengangkat bibirnya “mengapa kau ingin menemuiku hari ini?”
“sebenarnya ada alasan mengapa aku ingin menemuimu hari ini”
“apa itu?”
“hari ini… adalah hari perpisahan, antara kau dan aku”, jawab michi pelan.
                Pandangan Michi di alihkan pada langit sore, tidak bisa lagi ia menatap Riku. Dan adakalanya ia bisa menatap wajah pria itu, air matanya tak tahan ingin keluar.
“bukankah kita memang sudah tak ada hubungan?”, jawab Riku.
“aku tahu itu, tapi tidak dengan hatiku. Apa kau tidak sadar bahwa aku masih mencintaimu?”
Tidak… bukan ini yang seharusnya Michi katakan. Kenapa ia malah bersikap begitu bodoh seperti saat ini? Seharusnya ia datang ke taman itu, menunggu sampai pria itu datang. Memperdengarkan sepotong lagu yang mewakili perasaannya yang ia simpan dalam sakunya  dan lalu sapa pria itu dengan kata ‘teman’.  Mengapa? Mengapa kata-kata bodoh itu yang terucap?
“ku kira kau…”, Riku menatap mata michi yang sudah mulai berkaca-kaca.
“aku tahu perasaan ini akan berubah, sampai kemarin… hari-hari yang kita lalui bersama terasa begitu lama. Dan kini semua itu hanya menjadi lembaran kenangan”.
“entah bagaimana mengucapkannya, tapi ada sesuatu dalam hatiku yang terasa sedih. Jujur saja kau adalah salah satu orang terpenting dalam hidupku. Aku juga masih menyayangimu”, jawab riku. Mereka kini sama-sama memalingkan pandangannya kelangit.
“sekarang segalanya telah berubah, tapi tenang saja… sesuatu dalam diriku terasa baik-baik saja. Tak ada yang perlu di cemaskan tentang aku,  atau perpisahan kita”, suara Michi terdengar lebih bergetar dari sebelumnya.
“jadi apa sebenarnya tujuanmu menemuiku hari ini?”, Tanya Riku.
“aku hanya ingin melihatmu dan mencoba mengenang saat-saatku bersamamu, sebentar saja”, jawab Michi dengan intonasi datar tapi terkesan merajuk.
                           Riku tidak menjawab kata-kata gadis yang ada di sebelahnya ini. Sebenarnya ia juga ingin berada bersama gadis itu tidak hanya sebentar… tapi lama juga tak apa. Michi menundukan kepalanya, dan mulai memutar lagu Yui berjudul Good-bye days yang alunannya langsung mengalir  ke telinga melalui earphone yang masih menempel di telinganya.
‘Onaji uta wo kuchizusamu toki soba ni ite I wish
Kakkoyokunail yasashi sa ni aete yokatta yo

La la la la Good-bye days’

Bibir tipis michi bergerak mengikuti lirik terakhir lagu itu. benar-benar lagu yang pas dengan keadaanya saat ini. Sayup-sayup suara Michi terdengar pelan di antara keramaian taman. Riku yang mendengarnya melirik kearah gadis itu dan tersenyum geli. Michi yang menyadarinya memandang Riku sejenak dan lalu tertawa pelan. Semua orang tahu kalau suara Michi itu tidak enak di bawa bernyanyi.
“sebenarnya kalau bisa, aku tidak ingin bersedih saat ku bersamamu”, kata Michi saat ia sudah selesai dengan tawanya.
“aku juga, aku ingin tetap tersenyum dan tertawa seperti dulu”, timpal Riku.
“bagaimana siap atau tidaknya perasaanku, tapi untunglah kau tetap datang kemari. Entah bagaimana jika kau tidak datang sekarang. Mungkin sekarang aku masih terdiam dan termenung sendirian dengan sejuta perasaanku padamu yang masih tertahan”. MIchi tersenyum.
“…”, tidak ada kata yang Riku sampaikan pada Michi. Sejujurnya Riku bingung harus berkata apa.
“kau datang dengan tersenyum, aku bingung… tak tahu bagaimana aku akan mengatakan ‘hai temanku’ dengan baik. Apa karna hatiku belum bisa menerima kalau sekarang kita hanya ‘teman’?”, lanjut Michi dengan penuh penekanan disetiap kata ‘teman’.
“semua butuh proses ‘kan?”
“pada awalnya aku berharap selalu disisimu”
“tapi kita sudah tak ada hubungan” sekali lagi Riku mengatakan hal itu. memang terasa sangat menyesakkan di dada Michi.
“tenang saja… setelah aku bertemu denganmu, aku sudah merelakan semuanya. Karna itu sejak awal sudah ku putuskan kalau hari ini, hari perpisahan. Hari perpisahan antara hatiku dan hatimu”
“ya… aku mengerti”, kata Riku pelan.
“ Hari perpisahan yang tidak menyenangkan”, keluh Michi.
“aku juga berfikir sepert itu”, jawab Riku.
“tapi aku senang bertemu denganmu”
                           Kata-kata terakhir dari michi mengakhiri semua pembicaraan mereka. Michi mulai melangkahkan kakinya dan berjalan ringan meninggalkan tempat itu. sebelum benar-benar pergi ia berhenti dan menoleh kebelakang untuk melihat Riku. Riku masih terpaku menatap gadis itu. michi mencoba tidak mempedulikan tatapan pria itu. ia hanya tersenyum lebar dan melambaikan tangannya. Ia tahu… seharusnya ia mengatakan ‘selamat tinggal’ atau ‘sampai jumpa nanti’ atau kata-kata perpisahan lain  layaknya orang-orang akan berpisah. Tapi sepertinya Michi tidak sanggup mengatakan hal seperti itu. ia takut menangis. Gadis itu kembali meluruskan pandangannya dan berjalan cepat meninggalkan taman itu. namun tiba-tiba… bruuk. Riku mendekap gadis itu dari balakang. Erat dekapannya seolah pria itu tak ingin kehilangan gadis itu sekarang. Perlahan Riku membuka salah satu earphone yang terpasang di telinga Michi dan membisikannya kata-kata. Kata-kata yang mampu membuat airmata Michi mengalir. Kata-kata yang dapat membuat bahu michi bergetar hebat dan menangis sejadi-jadinya. Kata-kata itu adalah : I love you and goodbye…

Cerpen - Pacar dan pacarku


Aku Cuma mau curhat ko, dikit aja lewat cerpen. Kalian pernah pacaran kan? Kalian pernah merasakan pacaran di dunia maya? Nah inilah perasaan gadis yang pacaran di dunia maya setelah tahu pacarnya sudah punya gadis lain di dunia nyata. Jujur aja, emang agak gaje ceritanya.

…Pacar dan pacarku…

                Gadis itu datang dan duduk di bangku bertuliskan nama YUKIA. Gadis itu memang tidak terlalu cantik. Namun karismanya mampu menarik perhatian Mamoru. Tidak! bukan karna itu saja. Wajah gadis itu seakan mengingatkan Mamoru pada seseorang. Seorang gadis yang dulu pernah dicintainya. Seorang gadis yang pernah mengisi harinya dengan keceriaan. Walau itu semua hanya di dunia maya.
“Mamoru-kun, anter aku ke kantin yuk!”, seru seorang gadis memecahkan lamunan Mamoru.
“ehh iya”, kata Mamoru sambil beranjak dari bangkunya dan berjalan di samping Kirey—pacarnya.
Tidak… walaupun ia sedang bersama Kirey, tapi pikiran Mamoru tetap pada gadis bernama Yuki. Yuki adalah satu-satunya gadis yang sama sekali belum pernah bicara padanya sejak upacara penerimaan murid baru. Dan mungkin karna itulah Mamoru merasa tertarik dengan Yuki. Wajah gadis itu… mirip dengan Rin, pacarya di dunia maya. Walau hubungannya dengan Rin sudah lama sekali terputus, namun sedikitnya Mamoru masih ada rasa suka pada Rin. Sayangnya gadis itu tinggal di kota yang berbeda dengannya. Jarak itulah yang memaksa mereka untuk berpisah. Padahal sejak awal mereka sudah tinggal dikota yang berbeda, lalu mengapa mereka masih saja menjalin hubungan? Ya itulah kekuatan dari cinta yang kadang ilmuwan saja tidak dapat memahaminya.
                Yuki melihat Mamoru dan Kirey secara bergantian. Namun mata coklatnya lebih banyak menatap Mamoru. Memandang lelaki itu lirih sambil menahan rasa sakit didadanya yang ia sendiri tidak tahu penyebabnya. meskipun begitu Yuki tetap yakin, lelaki yang sejak tadi ia pandangi secara diam-diam itu adalah orang yang pernah singgah di masa lalunya. Orang yang pernah memberikan sepercik harapan tentang dunia yang menyenangkan. Orang yang hingga saat ini masih terus dicintainya. Dan kini ia melihat orang yang dicintainya bersama gadis lain. Tertawa dan nampaknya bahagia. Tanpa sadar butiran airmata Yuki mengalir begitu saja, membasahi pipinya yang mulai berwana merah karna sejak tadi menahan tangis. Dengan cepat Yuki melangkahkan kakinya pergi menjauh dari pemandangan yang sama sekali tidak enak dilihat.
                Dalam keheningan taman belakang sekolah, butiran air mata Yuki terus mengalir. Tak dapat di tahan, apalagi dihentikan. Yuki mendudukan dirinya di sebuah kursi. Tangan kanannya membengkam mulutnya sendiri agar ia tidak teriak sedangkan tangan kirinya memukul-mukul dadanya pelan berharap dengan begitu rasa sakitnya hilang. Namun tetap saja, yang ia rasakan hanya sakit, sakit dan sakit… tiba-tiba seorang lelaki datang.
“kamu kenapa?”, Tanya lelaki itu lembut sambil medudukan diri di sebelah Yuki dan terus memandangi Yuki dengan penuh perhatian. Yuki memandang lelaki itu sejenak. Mamoru?! Yuki tidak sanggup menjawab pertanyaan Mamoru. Dadanya terlalu sesak tuk melontarkan sepatah dua patah kata untuk orang yang sangat dicintainya itu. hanya terus menangis  dan berteriak dalam hati ini aku Mamoru! Kau tidak ingat aku?! Di selingi isakan tangis yang semakin dahsyat.
Mamoru masih memandang wajah Yuki, di jarak yang sedekat ini ia ingin memastikan bahwa Yuki bukanlah Rin. Bahu gadis itu bergetar hebat dan tangisnya sangat kencang. Walau ia tak mendengar sedikitpun suara yang keluar dari mulut Yuki. Tapi ia dapat mendengar jeritan hati Yuki yang sangat terasa sakit walau ia sendiri tidak tahu apa penyebabnya. Mamoru merangkul pundak Yuki dan menyenderkan kepala Yuki di bahunya. Berharap dengan begitu tangisan Yuki akan mereda. Ternyata benar! Sedikit demi sedk Yuki mulai berhenti menangis.
“tetap saja…”, kata Yuki pelan.
“tetap saja apanya?”, Mamoru heran
“tetap saja… berulang kali kucoba berpaling, hatiku terus menunjuk dirimu”
“maaf? Apa maksudmu?”
“kenapa ya? Padahal banyak lelaki yang lebih darimu. Tapi tetap saja hatiku meronta-ronta memanggil namamu”
“…”, Mamoru tidak menjawab
“ya… seberapa kuat ku coba berhenti. Seberapa lama kunanti. Seberapa teguh pendirianku. Yang ada dalam hatiku hanya kamu”
“apakau sedang benar-benar berbicara padaku?”, kini Mamoru benar-benar kebingungan
“tak ada nama lain yang bisa menggantikan namamu dihatiku”
“maaf, tapi aku sudah punya pacar”, jawab Mamoru polos.
“meski kau menyakiti dan meninggalkan aku, yang terus ku fikirkan hanya kamu!”
“aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dari tadi kau bicarakan!”, Mamoru berdiri dari posisi duduknya. Kini Yuki dan Mamoru saling berhadapan. Yuki masih tetap di posisi duduknya.
“seperti sejak awal ku katakan, yang ku cintai hanya kamu dan selamanya hanya kamu! Walau sekarang kau telah bersama gadis lain. Itu tak masalah bagiku karna rasa sakitnya hanya di awal. Selanjutnya mungkin aku akan terbiasa dengan rasa sakit itu dan lalu mati dengan hati yang masih tertuju padamu”
“…”, lagi-lagi Mamoru tidak bisa menjawab kata-kata Yuki.
“sebaiknya kau sekarang pergi bersama gadis itu. buatlah dirimu bahagia saat bersamanya.  aku yakin kau pasti akan segera melupakan aku. Anggaplah bahwa sebelumnya kita tak pernah bertemu. Dengan begitu aku akan merasa tenang. Aku harap, karna kata-kata aku barusan kau akan segera mengetahui siapa aku”, kata Yuki untuk yang terakhir kalinya seraya memalingkan pandangannya kearah seorang gadis yang sejak tadi melihat mereka berdua dari kejauhan. Yuki tersenyum…
                Mamoru yang bingung harus melakukan apa hanya bisa menuruti kata-kata Yuki. Ia masih tidak mengerti pada semua yang tadi Yuki katakan. Kata-katanya terlalu rumit hingga susah di cerna dalam otaknya. Ia kini sudah ada di hadapan Kirey. Seperti biasanya, gadis itu langsung merangkul lengan Mamoru.
“apa yang kau lakukan bersama Yuki?”, Tanya Kirey.
“tidak ada”, jawab Mamoru. Matanya masih mencoba mengingat-ingat setiap kata yang tadi Yuki ucapkan.
“oiya! Ada e-mail masuk di hp-mu, aku belum membukanya kok!”, kata Kirey seraya memberikan HP milik Mamoru.
Di bukanya E-mail itu. itu e-mail dari Rin! Pacar dunia mayanya!. Segera ia baca e-mail itu.
To : Rin-chan
‘Lebih baik kamu berhenti dan fokus pada masa depan kamu… begitu juga aku’. Itu e-mail Mamoru yang dikirm untuk Rin dulu sekali, saat mereka putus. Dan kini Rin baru membalasnya.
From : Rin-chan
‘tetap saja… berulang kali kucoba berpaling, hatiku terus menunjuk dirimu
kenapa ya? Padahal banyak lelaki yang lebih darimu. Tapi tetap saja hatiku meronta-ronta memanggil namamu. ya… seberapa kuat ku coba berhenti. Seberapa lama kunanti. Seberapa teguh pendirianku. Yang ada dalam hatiku hanya kamu Mamoru!
tak ada nama lain yang bisa menggantikan namamu dihatiku. meski kau menyakiti dan meninggalkan aku, yang terus ku fikirkan hanya kamu Mamoru!
seperti sejak awal ku katakan, yang ku cintai hanya kamu dan selamanya hanya kamu! Walau sekarang kau telah bersama gadis lain. Itu tak masalah bagiku karna rasa sakitnya hanya di awal. Selanjutnya mungkin aku akan terbiasa dengan rasa sakit itu dan lalu mati dengan hati yang masih tertuju padamu
sebaiknya kau sekarang pergi bersama gadis itu. buatlah dirimu bahagia saat bersamanya.  aku yakin kau pasti akan segera melupakan aku. Anggaplah bahwa sebelumnya kita tak pernah bertemu. Dengan begitu aku akan merasa tenang’.

                Mamoru sampai tidak berkedip membaca e-mail yang baru saja Rin balas. Kata-kata itu… dengan cepat Mamoru berlari menuju taman belakang sekolah dan meninggalkan Kirey. Ia terus berharap semoga Yuki masih ada di situ. Untunglah… Yuki masih ada di tempat itu.
“Yuki!!”, panggil Mamoru. Yuki berdiri dan menatap wajah Mamoru heran.
“iyaa?”, jawab Yuki santai.
“Apa nama lengkapmu?!” Tanya Mamoru langsung pada intinya. Yuki tersenyum lagi…
“nama lengkapku… Yukia Rin, dulu kau biasa memanggilku Rin. Kini… kau sudah tahu siapa aku kan?”
“RIN??!!”

Pada akhirnya… seberapa besar rasa cinta kita. Akan lebih baik bila kita mengungkapkannya. Ini adalah cerpen yang sengaja dibuat untuk mewakili seribu kata yang tak tersampaikan untuk seseorang yang jauh disana. Seseorang  yang kini sudah bahagia disisi gadis lain. (^_^)