Jumat, 21 Desember 2012

cerpen - 7 jam terakhir chapter 1


halooo,, thena balik dengan cerpen terbaru aku. mohon maaf bila banyak kesalahan dalam pengetikan, soalnya aku buat ini cerpen cuma 3 jam. cerpen ini terinspirasi dari derasnya hujan di kota bandung akhir-akhir ini...

ok !! MET BACA ^^



7 jam terakhir
            Derasnya hujan di penghujung bulan itu seperti mewakli setiap tetesan air mata yang tertahan di balik mata indah Kaori. Kalau bisa, sebenarnya ia tidak mau menjumpai hari yang menyebalkan ini. Hari terakhir dimana ia dan sahabatnya Kimura takkan bertemu lagi, mungkin selamanya. Kaori melangkahkan kakinya lemas menuju sebuah café dan terus berharap bahwa ini semua hanyalah mimpi buruk yang akan segera berakhir setelah dirinya terbangun dari tidur. Sayangnya ini semua bukanlah mimpi, ini kenyataan pahit yang harus di telan setelah sekian lama ia dan Kimura bersahabat.
                “kau lama sekali sih Kaori”, kata seorang pria yang duduk di pojok dekat jendela café.
                “sudah menunggu lama ya, Kimura?”, Tanya Kaori basa-basi sambil duduk di kursi bersebrangan dengan tempat duduk Kimura.
                “ini ‘kan hari terakhirku berada di kota ini, bisa-bisanya kau datang terlambat”, kata Kimura bercanda.
                “di luar hujannya sangat deras, masa aku harus hujan-hujanan, gitu?!”, jawab Kaori.
                Sejak bertemu Kimura, Kaori sama sekali tidak ingin menatap mata Kimura secara langsung. ia terlalu lemah sehingga menatap mata sahabatnya pun tak bisa. Kaori hanya tidak ingin menangis dihadapan sahabatnya itu.
                “Kaori”, panggil Kimura pelan.
                “apa?”, jawab Kaori mencoba bersikap seperti biasanya.
                “kalau aku tidak ada, kau mau bagaimana?”
                “apa itu pertanyaan yang harus aku jawab?”, Tanya balik Kaori.
Kimura tersenyum melihat sahabat perempuannya itu. ia hafal betul bagaimana sifat dari Kaori. Jelas saja, mereka sudah bersahabat sejak kecil. Kimura menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan sedikit mengacak-acak rambut jabriknya. Di perhatikannya gadis yang duduk santai di hadapannya itu. sejujurnya ia tak sanggup menghadapi kenyataan bahwa ini adalah hari terakhir mereka bertemu.
                “sebenarnya pertanyaan itu tidak penting untuk kau jawab. Aku hanya khawatir kau akan menangis setiap malam karena sudah tak ada lagi orang yang membantumu mengerjakan PR”, kata Kimura menggoda sambil tertawa kecil.
                “hah?! Enak saja, yang ada kau yang menangis setiap malam karena sudah tidak ada orang yang menemanimu curhat di setiap harinya”, jawab Kaori tidak mau kalah.
                “kata siapa? Aku bisa mencari penggantimu di kota baruku nanti”
                “tetap saja kau tidak akan menemukan orang yang sama sepertiku”
                “memangnya ada orang yang egoisnya melebihi kamu ?”, Kimura semakin menggoda Kaori.
                “apa kau bilang!!”, kata Kaori sambil memukul-mukul Kimura.
                Kimura tidak menghindar, ia hanya menerima pukulan kecil dari Kaori dengan pasrah. Mungkin ia akan sangat merindukan hal seperti ini. Kaori menghentikan serangannya dan tertuntuduk. Kini ia merasa sudah tak bisa menahannya lagi. Air mata yang sudah coba ia tahan sejak keberangkatannya dari rumah, kini mengalir begitu saja. Kimura menatap Kaori lirih, jujur saja ia juga ingin ikut menangis.
                “tidak bisakah kau tinggal di kota ini lebih lama lagi?”, pinta Kaori di sela-sela tangisannya.
                “kurasa itu tidak mungkin”, jawab Kimura lemas.
                “lalu bila kau tidak ada lagi disisiku, aku harus bagaimana?”, Tanya Kaori, kini Kimura tidak menjawabnya. “ini kan hari ulang tahunku, mengapa kau pergi di saat seperti ini? Tidak bisakah kau mengambil waktu yang lain? Apa ini hadiah yang pantas dihari ulang tahun sahabatmu?”. Tanya Kaori berturut-turut.
                Air mata Kaori tidak bisa berhenti mengalir. Padahal Kaori sudah benar-benar ingin berhenti  menangis. Kimura tidak tahu harus melakukan apa pada sahabatnya itu. Kimura menghapus air mata Kaori lembut dengan saputangannya dan menepuk-nepuk pundak Kaori. Ia hanya berharap dengan sikapnya itu Kaori akan menjadi semakin tenang dan berhenti mengeluarkan air mata. Rasanya setiap tetes air mata yang Kaori keluarkan membuat hatinya semakin sakit. Kimura melihat jarum yang ada pada jam tangannya, pukul 1 siang. Itu artinya ia hanya memiliki 7 jam terakhir bersama sahabatnya ini.
                “tenanglah Kaori, kita masih memiliki 7 jam terakhir sebelum akhirnya aku benar-benar pergi”, hibur Kimura.
                “7 jam apalah artinya”, jawab Kaori pelan.
                “ayo kita buat 7 jam itu menjadi sangat berarti”, Kimura memaksakan dirinya tuk melukis sebuah senyuman.
                “diluar hujan sangat deras, menurutmu apa yang bisa kita lakukan?”, Tanya Kaori seakan sudah tak ada lagi harapan. Kimura tersenyum pada Kaori.
                “bukannya kita sudah biasa hujan-hujanan pada saat pulang sekolah?”, Kimura berdiri. “aku ingat bahwa aku masih punya beberapa tiket menonton film, ayo kita lomba lari sampai ke rumahku!”, lanjut Kimura.
                Untuk pertama kalinya di hari yang gelap ini, Kaori tersenyum. Ia sangat senang pergi menonton film. Ia langsung berdiri dari posisi duduknya dan mengangguk setuju. Dengan cepat Kimura dan Kaori pergi meninggalkan café dan berlari menuju rumah Kimura yang berada tak terlalu jauh dari café tersebut. Derasnya hujan seolah tak mereka hiraukan. Mereka terlihat asik menikmati menit-menit terakhir kebersamaan mereka. Kaori dan Kimura telah sampai didepan rumah Kimura. Seperti biasanya mereka langsung masuk ke dalam. Pintunya tak terkunci dan sebagian besar barang-barang milik Kimura telah tertata rapih dalam dus-dus besar.
                “kita langsung ke kamarku saja”, kata Kimura seraya menaiki tangga menuju lantai 2.
Kaori hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Kimura. Sebenarnya ini bukan kali pertama Kaori menginjakan kaki di rumah ini. Ia sudah sangat sering bermain di rumah tipe minialis milik keluarga Kimura. Hanya saja kali ini rasanya sangat berbeda, berbeda karena ini adalah kali terakhir Kaori bermain di rumah ini bersama Kimura.
                Di bandingkan ruangan lain, hanya kamar ini saja yang masih utuh seperti biasanya. Maksudnya barang-barang yang ada di ruangan ini masih belum di pak kedalam dus. Padahal beberapa jam lagi Kimura akan pindah rumah ke kota besar Tokyo.
                “kau tidak mau membawa barang-barangmu ini pergi bersamamu?”, Tanya Kaori dingin sambil mendudukan dirinya di pinggir ranjang tidur milik Kimura.
                “nanti saja, orang-orang jasa pindahan akan mengurusnya”, jawab Kimura santai sambil mengorek-ngorek isi laci meja belajarnya. Kaori mengangguk mengerti. “ahh ini dia tiketnya !”, seru Kimura sambil memperlihatkan beberapa tiket menonton film.
Kaori berlari kecil menghampiri Kimura. Pria berambut jabrik itu langsung memberikan tiket-tiket itu pada Kaori. Kaori menerimanya dengan sangat senang.
                “dimana kau mendapatkan semua tiket-tiket ini?”, Tanya Kaori sambil memperhatikan satu per satu judul film yang tertulis di tiket itu.
                “kau tau kan, ayahku producer film. Dan ini tiket beberapa film yang ayahku produseri”, jawab Kimura santai.
                “tapi…”, kata Kaori lemas.
                “tapi apa? Kau tidak suka?”, Tanya Kimura bingung.
                “tidak, aku suka. Hanya saja semua tiket ini untuk besok”
                “eh? Benarkah?”, Kimura terkejut. Ia sama sekali tidak memperhatikan tanggal yang tertera pada tiket tersebut.
                Kimura mengambil semua tiket yang ada di tangan Kaori, di periksanya sekali lagi tanggal yang ada pada tiket tersebut. Ternyata benar, semua film yang tertera di tiket itu di tayangkan besok. Betapa kecewanya hati Kimura saat ini, bahkan disaat terakhir ia bersama sahabatnya, Kimura sama sekali tidak bisa memberikan hal yang menyenangkan untuk Kaori. Kaori menghembuskan nafas lemas dan kembali mendudukan diri di ranjang tidur milik Kimura. Kimura mengikuti Kaori dan duduk di sebelah gadis cantik itu. kini keduanya bingung harus melakukan apa. Mereka hanya mengobrol ringan dan bercanda yang kini mulai sedikit membosan. Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore.
                “sudah jam 3, ini artinya kita hanya tinggal punya waktu 5 jam lagi tuk bersama”, kata Kaori.
                “5 jam lagi ya”, ulang Kimura pelan.
                “sekarang kita mau melakukan apa?”, Tanya Kaori yang kini mulai kehilangan semangatnya. Kimura menunduk dan Nampak berfikir.
                “oiya, aku baru ingat kalau hari ini ada pertunjukan teater di lapangan dekat balai kota. Kita menonton kesana saja yuk, kita harus buat menit-menit terakhir kita menjadi sangat menyenangkan”, ajak Kimura.

bersambung....
mau lihat kelanjutannya? klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar