Jumat, 21 Desember 2012

cerpen - 7 jam terakhir chapter 2



                Kaori hanya mengangguk setuju dan segera mengikuti Kimura keluar kamar. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan teater. Tapi karena Kimura yang mengajak dan ini adalah kali terakhirnya mereka bertemu, Kaori menyimpan rasa egoisnya dan mengalah untuk Kimura. Di luar hujan masih saja turun dengan deras. Kini mereka menggunakan payung tuk melawan derasnya hujan, Kaori dan Kimura tak ingin sakit di saat-saat seperti ini. Seperti biasanya, mereka berlari dan berlomba untuk sampai lebih dahulu ke lapangan dekat balai kota. Sikap yang ke kanak-kanakan di usia mereka yang menginjak umur ke 15.
                Sesampainya di lapangan tersebut, sesuatu yang tidak semestinya langsung Nampak di mata Kaori dan Kimura. Seharusnya lapangan itu ramai oleh orang-orang yang menonton pertunjukan teater. Namun apa yang kini mereka lihat, hanya lapangan kosong dengan rumput basah karena hujan. Keduanya kini tampak sangat kecewa. Seorang petugas yang mengelola lapangan multifungsi itu menghampiri Kaori dan Kimura.
                “kalian mau menonton pertunjukan teater ya?”, Tanya petugas itu.
                “iya, tapi ko’ sepi ya pak?”, kata Kimura.
                “sayang sekali, pertunjukan teaternya di undur sampai besok karena cuaca yang tidak mendukung. Jika tidak hujan, besok kalian datang lagi saja kesini”, kata petugas itu dan lalu pergi meninggalkan Kaori dan Kimura.
Keduanya kini sama-sama mematung. Pupus sudah harapan mereka tuk menghabiskan waktu-waktu terakhir mereka dengan menyenangkan. Kimura melihat Kaori mulai menitikan air matanya kembali.
                “kau kenapa menangis lagi Kaori?”, Tanya Kimura pelan.
                “mengapa semuanya harus besok sih? Padahalkan besok kita sudah tidak bisa bersama lagi. Mengapa hari ini kita sial banget sih? Megapa kita tidak bisa sedikit saja bersenang-senang di jam-jam terakhir kita?”, kata Kaori mengeluarkan semua kekesalan yang ada di dadanya.
                Kimura melepaskan payung yang ia pegang dan menghampiri Kaori. Di rangkulnya tubuh kecil Kaori dengan hangat dan mencoba menenangkan gadis itu. memang hari ini semuanya terasa ridak menyenangkan bagi Kimura dan Kaori. Padahal ini adalah menit-menit terakhir mereka bersama. Kimura melihat jam yang ada di tangan kanannya, jam 4 sore. Hujan kini sudah mulai berhenti, Kimura dan Kaori sudah bisa munutup payung mereka masing-masing. Dilihatnya langit yang mulai berwarna keemasan. Tanpa di duga, muncul sebuah pelangi indah yang menghiasi langit di sore itu.
                “kau tau Kaori? Kurasa hari ini tidak terlalu buruk. Buktinya pelangi muncul dan memberikan senyumannya pada kita berdua”, kata Kimura sambil tersenyum lebar memandang pelangi.
                “ya… kau benar, mungkin ini akan menjadi penutup yang indah untuk kebersamaan kita di kota ini”, jawab Kaori sambil menghapus air matanya dan tersenyum melihat indahnya pelangi.
                “pemandangan pelang di bukit belakang sekolah pasti akan lebih indah, ayo kita berlomba menuju bukit !”, ajak Kimura.
                “ayo !!”, kata Kaori sambil berlari mendahului Kimura dan tertawa lepas.
                “Kaori !! kau curang berlari duluan !!”
                Kaori pura-pura tidak mendengar Kimura dan terus berlari menuju bukit belakang sekolah. Di belakangnya Kimura berlari sangat kencang dan mencoba mengejar Kaori. Sampai di perempatan jalan raya Kaori tetap berlari tanpa melihat kondisi jalanan saat itu. tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil berlaju kencang.
                “KAORI AWAS !!”, teriak Kimura mencoba memperingati Kaori yang hendak tertabrak mobil.
Kaori menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah kanan jalan itu. Kaori melihat mobil yang hendak menbraknya. Gadis itu mencoba menghindari mobil tersebut, namun ternyata usahanya terlambat. CKKIIITT… BRUUKK mobil tersebut sudah terlanjur menabrak tubuh kecil Kaori. Tubuh gadis itu terlempar dan tersungkur di pinggir jalan. Kimura berlari menghampiri Kaori. Dirasakannya Kimura yang memeluk tubuh kecilnya. Kini pandangan Kaori semakin lama semakin kabut dan akhirnya menjadi gelap.

                Cahaya lampu ruangan itu menyadarkan Kaori. Memang tidak jelas, tapi Kaori mendengar ada seseorang yang berbicara sambil mengenggam tangannya. Perlahan Kaori membuka matanya, ruangan asing bernuansa putih langsung menyambut kesadarannya.
                “enghh…”, desah Kaori. Ia merasa sakit di bagian kepalanya yang di perban.
                “kau sudah sadar Kaori? Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku sangat bahagia melihat kau baik-baik saja”, Tanya seorang pria yang sedari tadi menunggu Kaori membuka matanya. Kaori melirik kesebelahnya, ternyata itu Kimura. Kaori memaksakan tubuhnya untuk duduk di atas ranjang rumah sakit.
                “Kimura? Aku dimana?”, Tanya Kaori yang masih bingung.
                “kau di rumah sakit, apa kau tidak sadar? Tadi kau tertabrak mobil dan jatuh pingsan, aku panic dan langsung membawamu ke rumah sakit”, cerita singkat Kimura.
                “begitu ya”, kata Kaori pelan sambil memandang lurus mencoba mengingat lagi kejadian yang baru saja menimpa dirinya.
                “kalau begitu, aku pergi dulu ya Kaori. Jaga dirimu baik-baik”, kata Kimura sambil berdiri dari posisi duduknya.
                “kau mau kemana Kimura?”, Tanya Kaori kaget.
                “apa tabrakan itu membuatmu jadi lupa ingatan? Aku kan harus pindah rumah ke Tokyo malam ini jam 8. Dan sekarang sudah jam 7.30 malam”, jelas Kimura.
                “bahkan di keadaanku yang seperti ini kau masih saja akan pergi?”, Tanya Kaori tidak percaya.
                “maafkan aku Kaori, orang tuaku sudah menunggu di mobil, aku harus segera berangkat”, kata Kimura sambil berjalan keluar ruangan perawatan Kaori.
                Kaori terbata melihat sosok Kaori yang pergi meninggalkannya. Gadis itu mulai menitikan airmatanya tuk kesekian kalinya di hari yang benar-benar biru ini. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kaori memaksakan tubuhnya tuk turun dari tempat tidur dan berlari mengejar Kimura. Langkahnya terasa sangat berat dan tubuhnya terasa sangat sakit. Namun tetap… Kaori mengejar Kimura yang kini terlihat sudah memasuki mobil. Kaori tidak menyerah ia tetep mengejar Kimura walau kini sosok pria itu sudah pergi bersama kencangnya laju mobil.
“KIMURA !! KIMURA !!”, teriak Kaori sambil terus berlari mengejar mobil Kimura.
Kimura melihat Kaori yang berlari mengejarnya melalui kaca sepion mobilnya. Ia hanya bisa meneteskan air mata tanpa bisa berbuat banyak. Ia hanya berharap Kaori akan baik-baik saja walau tak ada dia di sampingnya.
Bruk … Kaori terjatuh di tengah jalan dan membiarkan mobil Kimura semakin melesat jauh dan menghilang dari penglihatan Kaori. Tangisan Kaori semakin kencang diiringi tetes demi tetes hujan yang mulai turun dan membasahi tubuhnya. 7 jam terakhirnya bersama Kimura akan sangat berkesan di hati Kaori.

..Tamat..
by : camelia athena kharin (rin-chan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar