Kaori
hanya mengangguk setuju dan segera mengikuti Kimura keluar kamar. Sebenarnya ia
tidak terlalu suka dengan teater. Tapi karena Kimura yang mengajak dan ini
adalah kali terakhirnya mereka bertemu, Kaori menyimpan rasa egoisnya dan
mengalah untuk Kimura. Di luar hujan masih saja turun dengan deras. Kini mereka
menggunakan payung tuk melawan derasnya hujan, Kaori dan Kimura tak ingin sakit
di saat-saat seperti ini. Seperti biasanya, mereka berlari dan berlomba untuk
sampai lebih dahulu ke lapangan dekat balai kota. Sikap yang ke kanak-kanakan
di usia mereka yang menginjak umur ke 15.
Sesampainya
di lapangan tersebut, sesuatu yang tidak semestinya langsung Nampak di mata Kaori
dan Kimura. Seharusnya lapangan itu ramai oleh orang-orang yang menonton
pertunjukan teater. Namun apa yang kini mereka lihat, hanya lapangan kosong
dengan rumput basah karena hujan. Keduanya kini tampak sangat kecewa. Seorang
petugas yang mengelola lapangan multifungsi itu menghampiri Kaori dan Kimura.
“kalian
mau menonton pertunjukan teater ya?”, Tanya petugas itu.
“iya,
tapi ko’ sepi ya pak?”, kata Kimura.
“sayang
sekali, pertunjukan teaternya di undur sampai besok karena cuaca yang tidak
mendukung. Jika tidak hujan, besok kalian datang lagi saja kesini”, kata
petugas itu dan lalu pergi meninggalkan Kaori dan Kimura.
Keduanya kini sama-sama mematung.
Pupus sudah harapan mereka tuk menghabiskan waktu-waktu terakhir mereka dengan
menyenangkan. Kimura melihat Kaori mulai menitikan air matanya kembali.
“kau
kenapa menangis lagi Kaori?”, Tanya Kimura pelan.
“mengapa
semuanya harus besok sih? Padahalkan besok kita sudah tidak bisa bersama lagi.
Mengapa hari ini kita sial banget sih? Megapa kita tidak bisa sedikit saja
bersenang-senang di jam-jam terakhir kita?”, kata Kaori mengeluarkan semua
kekesalan yang ada di dadanya.
Kimura
melepaskan payung yang ia pegang dan menghampiri Kaori. Di rangkulnya tubuh
kecil Kaori dengan hangat dan mencoba menenangkan gadis itu. memang hari ini
semuanya terasa ridak menyenangkan bagi Kimura dan Kaori. Padahal ini adalah
menit-menit terakhir mereka bersama. Kimura melihat jam yang ada di tangan
kanannya, jam 4 sore. Hujan kini sudah mulai berhenti, Kimura dan Kaori sudah
bisa munutup payung mereka masing-masing. Dilihatnya langit yang mulai berwarna
keemasan. Tanpa di duga, muncul sebuah pelangi indah yang menghiasi langit di
sore itu.
“kau
tau Kaori? Kurasa hari ini tidak terlalu buruk. Buktinya pelangi muncul dan
memberikan senyumannya pada kita berdua”, kata Kimura sambil tersenyum lebar
memandang pelangi.
“ya…
kau benar, mungkin ini akan menjadi penutup yang indah untuk kebersamaan kita
di kota ini”, jawab Kaori sambil menghapus air matanya dan tersenyum melihat
indahnya pelangi.
“pemandangan
pelang di bukit belakang sekolah pasti akan lebih indah, ayo kita berlomba
menuju bukit !”, ajak Kimura.
“ayo
!!”, kata Kaori sambil berlari mendahului Kimura dan tertawa lepas.
“Kaori
!! kau curang berlari duluan !!”
Kaori
pura-pura tidak mendengar Kimura dan terus berlari menuju bukit belakang
sekolah. Di belakangnya Kimura berlari sangat kencang dan mencoba mengejar Kaori.
Sampai di perempatan jalan raya Kaori tetap berlari tanpa melihat kondisi
jalanan saat itu. tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil berlaju kencang.
“KAORI
AWAS !!”, teriak Kimura mencoba memperingati Kaori yang hendak tertabrak mobil.
Kaori menghentikan langkahnya dan
menoleh ke arah kanan jalan itu. Kaori melihat mobil yang hendak menbraknya.
Gadis itu mencoba menghindari mobil tersebut, namun ternyata usahanya
terlambat. CKKIIITT… BRUUKK mobil
tersebut sudah terlanjur menabrak tubuh kecil Kaori. Tubuh gadis itu terlempar
dan tersungkur di pinggir jalan. Kimura berlari menghampiri Kaori. Dirasakannya
Kimura yang memeluk tubuh kecilnya. Kini pandangan Kaori semakin lama semakin
kabut dan akhirnya menjadi gelap.
Cahaya
lampu ruangan itu menyadarkan Kaori. Memang tidak jelas, tapi Kaori mendengar
ada seseorang yang berbicara sambil mengenggam tangannya. Perlahan Kaori
membuka matanya, ruangan asing bernuansa putih langsung menyambut kesadarannya.
“enghh…”,
desah Kaori. Ia merasa sakit di bagian kepalanya yang di perban.
“kau
sudah sadar Kaori? Syukurlah kau tidak apa-apa. Aku sangat bahagia melihat kau
baik-baik saja”, Tanya seorang pria yang sedari tadi menunggu Kaori membuka
matanya. Kaori melirik kesebelahnya, ternyata itu Kimura. Kaori memaksakan
tubuhnya untuk duduk di atas ranjang rumah sakit.
“Kimura?
Aku dimana?”, Tanya Kaori yang masih bingung.
“kau
di rumah sakit, apa kau tidak sadar? Tadi kau tertabrak mobil dan jatuh
pingsan, aku panic dan langsung membawamu ke rumah sakit”, cerita singkat Kimura.
“begitu
ya”, kata Kaori pelan sambil memandang lurus mencoba mengingat lagi kejadian
yang baru saja menimpa dirinya.
“kalau
begitu, aku pergi dulu ya Kaori. Jaga dirimu baik-baik”, kata Kimura sambil
berdiri dari posisi duduknya.
“kau
mau kemana Kimura?”, Tanya Kaori kaget.
“apa
tabrakan itu membuatmu jadi lupa ingatan? Aku kan harus pindah rumah ke Tokyo
malam ini jam 8. Dan sekarang sudah jam 7.30 malam”, jelas Kimura.
“bahkan
di keadaanku yang seperti ini kau masih saja akan pergi?”, Tanya Kaori tidak
percaya.
“maafkan
aku Kaori, orang tuaku sudah menunggu di mobil, aku harus segera berangkat”,
kata Kimura sambil berjalan keluar ruangan perawatan Kaori.
Kaori
terbata melihat sosok Kaori yang pergi meninggalkannya. Gadis itu mulai
menitikan airmatanya tuk kesekian kalinya di hari yang benar-benar biru ini.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kaori memaksakan tubuhnya tuk turun dari tempat
tidur dan berlari mengejar Kimura. Langkahnya terasa sangat berat dan tubuhnya
terasa sangat sakit. Namun tetap… Kaori mengejar Kimura yang kini terlihat
sudah memasuki mobil. Kaori tidak menyerah ia tetep mengejar Kimura walau kini
sosok pria itu sudah pergi bersama kencangnya laju mobil.
“KIMURA !! KIMURA !!”, teriak Kaori
sambil terus berlari mengejar mobil Kimura.
Kimura melihat Kaori yang berlari
mengejarnya melalui kaca sepion mobilnya. Ia hanya bisa meneteskan air mata
tanpa bisa berbuat banyak. Ia hanya berharap Kaori akan baik-baik saja walau
tak ada dia di sampingnya.
Bruk … Kaori terjatuh di tengah jalan dan membiarkan mobil Kimura
semakin melesat jauh dan menghilang dari penglihatan Kaori. Tangisan Kaori
semakin kencang diiringi tetes demi tetes hujan yang mulai turun dan membasahi
tubuhnya. 7 jam terakhirnya bersama Kimura akan sangat berkesan di hati Kaori.
..Tamat..
by : camelia athena kharin (rin-chan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar