ini adalah cerpen yang aku buat dua bulan yang lalu. ketika sifat yandereku keluar #plak. tadinya gak akan aku post tapi karna permintaan temenku, akhirnya aku post deh ehehhe.. WARNING!! cerpen ini mengandung unsur pembunuhan, jadi jika ada yang tidak suka disarankan untuk tidak membacanya.
Crazy Girl
Semua berawal sejak aku mengenal
gadis gila itu. Dan aku jatuh cinta padanya. Ingat saat aku pertama kali
bertemu dengannya, saat itu dia sedang melakukan percobaan bunuh diri dengan
melompat dari atap sekolah. Beberapa saat setelah dia melompat, aku berhasil
menangkap tangannya. Gadis itu menatapku bingung. Sedangkan aku berada di
posisi hidup dan mati.
“kenapa kau menangkapku? Ayo lepaskan aku dan
berpura-puralah ntidak terjadi apa-apa.” Katanya dengan senyum yang merekah di
wajah cantiknya.
Mana bisa
aku begitu! Aku tetap tidak melepaskan tangan kurusnya. Beberapa orang yang
melihat kami berteriak histeris sedangkan yang lainnya memanggil bantuan. Tapi aku
berhasil menarik gadis itu ketempat yang lebih aman sebelum yang lain
bertindak.
“aku tidak akan berterimakasih, karna yang kuinginkan adalah
jatuh kesana.”
Langkah
ringannya berjalan meninggalkanku yang masih terpenjara dalam ketegangan. Aku tertawa
garing. Entah apa yang aku tertawakan. Tapi aku sadar, saat itu aku telah jatuh
cinta padanya. Aku menyukai wajah cantiknya. Senyum cerianya. Tatapan beraninya.
Bahkan ketika dia menangis karna semua orang menjauhinya, aku tetap berada
disisinya. Walau semakin lama tingkahnya semakin aneh. Aku tetap menemaninya.
“kenapa?” tanyanya kala aku berhasil menangkapkan kucing
liar seperti yang dia minta. “kenapa kau selalu membantuku?”
“apapun yang terjadi, aku akan selalu membantumu.” Jawabku.
Itulah bukti
cintaku. Apapun yang orang lain katakan, aku tetap mencintainya. Walau kini
gadis pujaanku itu tampak lusuh bak raga tak bernyawa. Dia tetap cantik
dimataku. Gadis itu memeluk kucing liar yang sekarang jadi miliknya dan
tersenyum padaku.
“apapun?”
Aku mengangguk
pelan sambil tersenyum dan mengusap ujung kepalanya. Dia melompat kegirangan. Berputar-putar
sambil tetap memeluk kucingnya. Senyum lebarnya takkan pernah kulupakan. Senyum
yang bagaikan melaikat, hanya ia persembahkan untukku. Aku bersyukur bertemu
dengan gadis gila ini.
Beberapa
hari setelahnya gadis gila itu tidak menampakkan diri di sekolah. Tanpa keterangan!
Tanpa kabar! Dengan susah payah aku mencari tahu alamat rumah gadis gilaku. Cukup
sulit mengingat tak ada siapapun yang dekat dengannya kecuali aku. Hingga akhirnya
aku menemukan alamat rumahnya di kumpulan data murid di ruang dokumentasi
sekolah. Dengan cepat aku berlari menuju alamat tersebut. Memasuki sebuah
komplek yang lebih sepi dari pada komplek perumaha pada umumnya.
Ting tong. Aku berdiri cukup lama
menunggu seseorang membukakan pintu rumah itu untukku. Setelah 30 menit
menunggu, akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu rumahnya.
“kumohon tolong bantu dia.” Kata wanita itu yang aku tahu
bahwa ia adalah ibu dari gadis pujaanku.
Langkah
kakiku berdenyit kala menyentuh lantai kayu rumah gadis yang akan segera aku
temui. Wanita paruh baya itu membukakakn sebuah pintu untukku. Bau amis dari
dalam ruangan itu segera menguasai indra penciumanku. Dalam gelap aku melihat sosok
yang sudah tak asing lagi untukku. Gadis gila itu sedang duduk menangis
berlumuran darah. Aku segera masuk dan
merangkul tubuh kecilnya. Ternyata darah itu bukan berasal dari gadisku. Darah itu
berasal dari bangkai kucing yang telah tertusuk cutter. Dari lukanya,
sepertinya kucing itu ditusuk berkali-kali oleh sang pelaku yang tidak lain
adalah gadis gilaku. Gadis gila itu masih saja menangis dan memeluk bangkai
kucingnya.
“dia menolak cintaku.” Katanya disela-sela tangis yang tak
kunjung berhenti. “tolong bantu aku.”
Aku mengangguk
dan setuju untuk membantu gadis gilaku. Apapun itu! Kini aku telah berdiri di
depan sebuah apartemen kecil. Sang penghuni membukakan pintunya sesaat setelah
aku menekan bel. Aku memandang penuh emosi pada pria yang membuat gadis gilaku
menangis. Namun apa yang kuterima? Pria itu tersenyum dan tanpa perintah dia
langsung menutup pintu, jendela dan gorden. Membiarkan kami sama-sama saling
menatap dalam gelap. Yang kuingat hanya kata-kata gadisku.
“kumohon bantu aku
membunuhnya! Kalau kami tak bisa bersama, tak boleh ada yang memilikinya di
dunia ini. Tidak boleh! Dia harus mati.”
Aku mengeluarkan sebilah pisau yang gadis
gilaku berikan demi suksesnya rencana pembunuhan ini. Pria itu tampak tenang
seolah tahu bahwa hal ini akan terjadi. Aku
menyodorkan pisau itu.
“aku tahu wanita itu pasti akan mengirimmu untuk melakukan
ini.” Aku menatapnya tak percaya. “
bunuhlah aku, dan katakan wanita itu bahwa aku mencintainya. Bukannya aku
menolaknya. Tapi kini aku sedang sakit, kita tak mungkin bersatu.”
Pria itu
meraih tanganku yang sedang menggenggam erat pisau dan menyodorikan pisau itu
kejantungnya sendiri. Aku menatapnya
bingung. Tapi matanya seolah berbisik. “ayo tusuk aku!” aku menangis
sejadi-jadinya sambil menusukan pisau itu pada jantung pria di hadapanku. Darah
segar mengalir membasahi kemeja putih yang pria itu kenakan dan sebagian
lainnya mengotori tangan, wajah dan hati nuraniku. Aku memenggal kepalanya dan
membungkusnya dalam karung besar.
Aku berlari
keluar membawa karung itu menuju gadis gilaku. Tanpa mengetuknya aku langsung
membuka pintu rumahnya danmasuk ke kamar gadisku. Dia tersenyum memandangku
yang masih terengah-engah dikejar rasa bersalah. Aku memberinya karung
berisikan kepala pria yang membuatnya patah hati. Gadis gilaku memeluk
sepenggal kepala itu dan menciuminya.
“kau tahukan apa yang harus kau lakukan sekarang?” aku
mengangguk pelan. “bunuh aku, lalu gantung mayatku seolah aku bunuh diri.
Sekali lagi
ku keluarkan pisau yang menjadi saksi bisu atas semua yang kulakukan. Dan sekali
lagi kuteteskan airmata. Kutusukkan pisau itu pada perut gadis yang paling aku
cintai. Lalu kugantung tubuhnya yang masih setengah sadar, sedag meregang
nyawa.
“k-ka-kau ba-baik seka…li. Tapi se-setelah ini a-aku masih
mem..butuhkanmu. ba-bantu… aku menyatukan ci-cintaku dengannya didunia sana.” Dan
gadis gilaku mati dengan mata terbuka menatapku.
Malam ini
tidurku terganggu karna suara berisik dari luar. Suara sirine mobil polisi
sepertinya sedang mengepung rumahku. Suara pintu kamar yang berusaha didobrak
lebih berisik dari yang kuduga. Aku tahu apa yang aku lakukan dan aku merasa
tidak bersalah sama sekali. Aku hanya membantu gadis yang aku cintai. Ahh… iyaa…
masih ada yang harus kulakukan. Aku masih harus membantu gadis gilaku dialam
sana dan bilang padanya bahwa aku mencintainya. Aku mengambil obat tidur
segenggam penuh dan meminumnya sekaliguis. Lalu aku kembali tidur mala mini. Yaah…
setidaknya aku takkan bangun lagi.
Tamat
By: Camelia Athena kharin (Rin-chan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar