Jumat, 20 November 2015

cerpen thriller - crazy girl

ini adalah cerpen yang aku buat dua bulan yang lalu. ketika sifat yandereku keluar #plak. tadinya gak akan aku post tapi karna permintaan temenku, akhirnya aku post deh ehehhe.. WARNING!! cerpen ini mengandung unsur pembunuhan, jadi jika ada yang tidak suka disarankan untuk tidak membacanya.

Crazy Girl

Semua berawal sejak aku mengenal gadis gila itu. Dan aku jatuh cinta padanya. Ingat saat aku pertama kali bertemu dengannya, saat itu dia sedang melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari atap sekolah. Beberapa saat setelah dia melompat, aku berhasil menangkap tangannya. Gadis itu menatapku bingung. Sedangkan aku berada di posisi hidup dan mati.
“kenapa kau menangkapku? Ayo lepaskan aku dan berpura-puralah ntidak terjadi apa-apa.” Katanya dengan senyum yang merekah di wajah cantiknya.
                Mana bisa aku begitu! Aku tetap tidak melepaskan tangan kurusnya. Beberapa orang yang melihat kami berteriak histeris sedangkan yang lainnya memanggil bantuan. Tapi aku berhasil menarik gadis itu ketempat yang lebih aman sebelum yang lain bertindak.
“aku tidak akan berterimakasih, karna yang kuinginkan adalah jatuh kesana.”
                Langkah ringannya berjalan meninggalkanku yang masih terpenjara dalam ketegangan. Aku tertawa garing. Entah apa yang aku tertawakan. Tapi aku sadar, saat itu aku telah jatuh cinta padanya. Aku menyukai wajah cantiknya. Senyum cerianya. Tatapan beraninya. Bahkan ketika dia menangis karna semua orang menjauhinya, aku tetap berada disisinya. Walau semakin lama tingkahnya semakin aneh. Aku tetap menemaninya.
“kenapa?” tanyanya kala aku berhasil menangkapkan kucing liar seperti yang dia minta. “kenapa kau selalu membantuku?”
“apapun yang terjadi, aku akan selalu membantumu.” Jawabku.
                Itulah bukti cintaku. Apapun yang orang lain katakan, aku tetap mencintainya. Walau kini gadis pujaanku itu tampak lusuh bak raga tak bernyawa. Dia tetap cantik dimataku. Gadis itu memeluk kucing liar yang sekarang jadi miliknya dan tersenyum padaku.
“apapun?”
                Aku mengangguk pelan sambil tersenyum dan mengusap ujung kepalanya. Dia melompat kegirangan. Berputar-putar sambil tetap memeluk kucingnya. Senyum lebarnya takkan pernah kulupakan. Senyum yang bagaikan melaikat, hanya ia persembahkan untukku. Aku bersyukur bertemu dengan gadis gila ini.
                Beberapa hari setelahnya gadis gila itu tidak menampakkan diri di sekolah. Tanpa keterangan! Tanpa kabar! Dengan susah payah aku mencari tahu alamat rumah gadis gilaku. Cukup sulit mengingat tak ada siapapun yang dekat dengannya kecuali aku. Hingga akhirnya aku menemukan alamat rumahnya di kumpulan data murid di ruang dokumentasi sekolah. Dengan cepat aku berlari menuju alamat tersebut. Memasuki sebuah komplek yang lebih sepi dari pada komplek perumaha pada umumnya.
                Ting tong. Aku berdiri cukup lama menunggu seseorang membukakan pintu rumah itu untukku. Setelah 30 menit menunggu, akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu rumahnya.
“kumohon tolong bantu dia.” Kata wanita itu yang aku tahu bahwa ia adalah ibu dari gadis pujaanku.
                Langkah kakiku berdenyit kala menyentuh lantai kayu rumah gadis yang akan segera aku temui. Wanita paruh baya itu membukakakn sebuah pintu untukku. Bau amis dari dalam ruangan itu segera menguasai indra penciumanku. Dalam gelap aku melihat sosok yang sudah tak asing lagi untukku. Gadis gila itu sedang duduk menangis berlumuran darah.  Aku segera masuk dan merangkul tubuh kecilnya. Ternyata darah itu bukan berasal dari gadisku. Darah itu berasal dari bangkai kucing yang telah tertusuk cutter. Dari lukanya, sepertinya kucing itu ditusuk berkali-kali oleh sang pelaku yang tidak lain adalah gadis gilaku. Gadis gila itu masih saja menangis dan memeluk bangkai kucingnya.
“dia menolak cintaku.” Katanya disela-sela tangis yang tak kunjung berhenti. “tolong bantu aku.”
                Aku mengangguk dan setuju untuk membantu gadis gilaku. Apapun itu! Kini aku telah berdiri di depan sebuah apartemen kecil. Sang penghuni membukakan pintunya sesaat setelah aku menekan bel. Aku memandang penuh emosi pada pria yang membuat gadis gilaku menangis. Namun apa yang kuterima? Pria itu tersenyum dan tanpa perintah dia langsung menutup pintu, jendela dan gorden. Membiarkan kami sama-sama saling menatap dalam gelap. Yang kuingat hanya kata-kata gadisku.
“kumohon bantu aku membunuhnya! Kalau kami tak bisa bersama, tak boleh ada yang memilikinya di dunia ini. Tidak boleh! Dia harus mati.”
                 Aku mengeluarkan sebilah pisau yang gadis gilaku berikan demi suksesnya rencana pembunuhan ini. Pria itu tampak tenang seolah tahu bahwa hal ini akan terjadi.  Aku menyodorkan pisau itu.
“aku tahu wanita itu pasti akan mengirimmu untuk melakukan ini.”  Aku menatapnya tak percaya. “ bunuhlah aku, dan katakan wanita itu bahwa aku mencintainya. Bukannya aku menolaknya. Tapi kini aku sedang sakit, kita tak mungkin bersatu.”
                Pria itu meraih tanganku yang sedang menggenggam erat pisau dan menyodorikan pisau itu kejantungnya sendiri.  Aku menatapnya bingung. Tapi matanya seolah berbisik. “ayo tusuk aku!” aku menangis sejadi-jadinya sambil menusukan pisau itu pada jantung pria di hadapanku. Darah segar mengalir membasahi kemeja putih yang pria itu kenakan dan sebagian lainnya mengotori tangan, wajah dan hati nuraniku. Aku memenggal kepalanya dan membungkusnya dalam karung besar.
                Aku berlari keluar membawa karung itu menuju gadis gilaku. Tanpa mengetuknya aku langsung membuka pintu rumahnya danmasuk ke kamar gadisku. Dia tersenyum memandangku yang masih terengah-engah dikejar rasa bersalah. Aku memberinya karung berisikan kepala pria yang membuatnya patah hati. Gadis gilaku memeluk sepenggal kepala itu dan menciuminya.
“kau tahukan apa yang harus kau lakukan sekarang?” aku mengangguk pelan. “bunuh aku, lalu gantung mayatku seolah aku bunuh diri.
                Sekali lagi ku keluarkan pisau yang menjadi saksi bisu atas semua yang kulakukan. Dan sekali lagi kuteteskan airmata. Kutusukkan pisau itu pada perut gadis yang paling aku cintai. Lalu kugantung tubuhnya yang masih setengah sadar, sedag meregang nyawa.
“k-ka-kau ba-baik seka…li. Tapi se-setelah ini a-aku masih mem..butuhkanmu. ba-bantu… aku menyatukan ci-cintaku dengannya didunia sana.” Dan gadis gilaku mati dengan mata terbuka menatapku.
                Malam ini tidurku terganggu karna suara berisik dari luar. Suara sirine mobil polisi sepertinya sedang mengepung rumahku. Suara pintu kamar yang berusaha didobrak lebih berisik dari yang kuduga. Aku tahu apa yang aku lakukan dan aku merasa tidak bersalah sama sekali. Aku hanya membantu gadis yang aku cintai. Ahh… iyaa… masih ada yang harus kulakukan. Aku masih harus membantu gadis gilaku dialam sana dan bilang padanya bahwa aku mencintainya. Aku mengambil obat tidur segenggam penuh dan meminumnya sekaliguis. Lalu aku kembali tidur mala mini. Yaah… setidaknya aku takkan bangun lagi.
Tamat
By: Camelia Athena kharin (Rin-chan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar